Orang tua memiliki pengaruh besar terhadap
anak, demikian pula guru. Ibarat anak adalah secarik kertas putih, orangtua
atau gurulah yang berperan besar memberi warna di kertas tersebut. Dalam sebuah
hadits disebutkan:
ما مِن مَوْلُودٍ
إلَّا يُولَدُ علَى الفِطْرَةِ، فأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أوْ يُنَصِّرَانِهِ، أوْ
يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak yang lahir, tidaklah dilahirkan kecuali di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR. Al Bukhari: 1358 dan Muslim: 2658).
Ayah dan Bunda yang semoga dirahmati Allah,
sejauh ini seberapa baik Ayah dan Bunda mengenal siapa saja teman-teman ananda
di sekolah, bagaimana hasil belajar ananda, dan pertanyaan selain dari itu
terkait kondisi ananda di sekolah. Ataukah kita pasrahkan semua urusan ananda
kepada guru dan setelah ananda mengalami masalah, baru kita luangkan perhatian
untuk Ananda?
Kita bisa bayangkan betapa tidak seimbangnya
pendidikan anak jika tidak ada sinergi antara orang tua dan guru yang merupakan
orang tua kedua bagi anak. Kita sering mendengar ungkapan dari orang tua,
“Anak saya dulu baik-baik saja,
tapi setelah bersekolah di sini kok jadi banyak masalah, seolah tidak
diperhatikan oleh guru.”
Atau keluhan dari guru,
“Murid-murid sudah saya didik
maksimal di sekolah, tetapi perilakunya kembali ke setelan awal setelah pulang
ke rumah.”
Dari hal tersebut dapat kita sadari bersama
mengenai pentingnya kolaborasi antara guru dan orang tua dalam menciptakan
suasana sinergis dalam mendidik anak. Dengan kolaborasi, akan tercipta
percepatan dalam mencapai hasil yang maksimal. Sebaliknya, jika salah satu
pihak saja abai, maka perkembangan anak bisa terhambat.
Manfaat Kolaborasi Guru dan Orang Tua
Secara lebih spesifik, kolaborasi antara guru
dan orang tua membawa banyak manfaat bagi siswa, diantaranya:
1. Meningkatkan Keaktifan Siswa
Ketika seorang siswa tampak tidak bersemangat
di kelas, biasanya disebabkan oleh suatu masalah tertentu. Mungkin siswa merasa
tidak tertantang oleh materi pelajaran, atau ada masalah di rumah yang
mengganggu fokusnya. Apapun penyebabnya, komunikasi terbuka antara guru dan
orang tua dapat membantu menemukan akar permasalahannya.
2. Mendorong Kemajuan dan Keberhasilan Akademik
Sebagai contoh, pertemuan orang tua dan guru
menjadi kesempatan penting untuk membahas kesulitan dan keberhasilan belajar
siswa. Jika orang tua mengetahui bahwa anaknya mengalami kesulitan dalam mata
pelajaran tertentu, mereka dapat mengambil langkah seperti:
- menyediakan waktu belajar tambahan bagi siswa
- menyewa tutor,
- atau memperbaiki fasilitas belajar di rumah.
Dengan demikian, orang tua dapat berperan aktif
dalam membantu anak mencapai keberhasilan akademik.
3. Meningkatkan Kesehatan Mental Siswa
Ketika guru melihat perubahan perilaku atau
nilai yang menurun, mereka dapat segera berdiskusi dengan orang tua agar
siswa mendapatkan dukungan atau bantuan yang diperlukan.
Enam Jenis Keterlibatan Orang Tua dalam Kemitraan dengan Sekolah
Kolaborasi antara sekolah dengan orang tua
dapat diwujudkan dengan keterlibatan orang tua dalam berbagai program sekolah.
Keterlibatan orang tua tersebut terdiri atas 6 jenis:
1. Parenting (Pengasuhan)
Orang tua menciptakan lingkungan rumah yang
mendukung belajar siswa.
2. Communicating (Komunikasi)
Orang tua menjalin komunikasi dua arah yang
intens dengan sekolah tentang kegiatan, kemajuan, dan kebutuhan siswa.
3. Volunteering (Kerelawanan)
Orang tua berperan sebagai relawan, membantu
dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.
4. Learning
at Home (Belajar di Rumah)
Orang tua mendukung pembelajaran anak di rumah,
misalnya membimbing anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), atau mendampingi
anak dalam belajar.
5. Decision
Making (Pengambilan Keputusan)
Orang tua dalam berpartisipasi dalam Komite
Sekolah yang dapat memberikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan sekolah.
6. Collaborating With the Community (Berkolaborasi
dengan Masyarakat)
Orang tua proaktif dalam membangun komunikasi
dan kerja sama antara sekolah, keluarga,
dan lembaga masyarakat untuk mendukung program sekolah.
Tantangan Kolaborasi
Meskipun kolaborasi antara guru dan orang tua
memiliki banyak manfaat, penerapannya tidak selalu mudah dan sering menghadapi
berbagai tantangan. Beberapa kendala utama yang umum ditemui meliputi:
1. Perbedaan Latar Belakang Sosial Ekonomi
Perbedaan kondisi ekonomi, pendidikan, dan
budaya orang tua dapat mempengaruhi tingkat keterlibatan mereka dalam
pendidikan anak. Perbedaan ini juga dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam
kontribusi orang tua, yang berpotensi mempengaruhi dinamika kolaborasi.
2. Keterbatasan Waktu Orang Tua
Banyak orang tua memiliki kesibukan pekerjaan
atau tanggung jawab lain di luar rumah yang membatasi waktu mereka untuk
terlibat secara langsung dalam pendidikan anak. Ketidakhadiran orang tua dalam
pertemuan, kegiatan sekolah, atau pendampingan belajar di rumah dapat menjadi
hambatan signifikan bagi terciptanya kolaborasi yang efektif.
3. Rendahnya Kesadaran akan Pentingnya
Keterlibatan
Beberapa orang tua mungkin belum menyadari
betapa pentingnya peran mereka dalam mendukung pendidikan anak. Faktor ini
sering muncul karena minimnya informasi, pengalaman, atau pemahaman mengenai
manfaat keterlibatan aktif dalam kegiatan sekolah dan pembelajaran di rumah.
Kurangnya kesadaran ini dapat menghambat komunikasi dan kolaborasi yang
konstruktif antara sekolah dan keluarga.
4. Hambatan Komunikasi antara Guru dan Orang Tua
Komunikasi yang kurang efektif, baik karena
metode yang tidak sesuai, kurangnya frekuensi pertemuan, atau ketidaktahuan
penggunaan teknologi, dapat menjadi penghalang utama kolaborasi.
Dengan pendekatan yang tepat, berbagai
tantangan ini dapat diubah menjadi kesempatan untuk membangun kolaborasi yang
lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan
sehingga semua anak mendapatkan dukungan pendidikan yang optimal.
Rekomendasi Praktis
Berikut beberapa rekomendasi praktis yang dapat
diterapkan untuk memperkuat kemitraan antara sekolah dan keluarga dalam
mendukung pendidikan anak:
1. Meningkatkan Komunikasi yang Terstruktur dan
Teratur
Sekolah sebaiknya menyediakan Jembatan
Penghubung antara Rumah dan Sekolah
berupa jalur komunikasi rutin dengan orang tua, baik melalui pertemuan
tatap muka, buku penghubung, maupun platform digital.
2. Mendorong Keterlibatan Orang Tua dalam Kegiatan
Sekolah
Sekolah dapat mengajak orang tua berpartisipasi
dalam kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sosial, atau program sekolah lain.
3. Menyelenggarakan Pendidikan Orang Tua
(Parenting Education)
Workshop, seminar, atau pelatihan pengasuhan
anak dapat membekali orang tua dengan keterampilan untuk mendukung pendidikan
anak secara efektif.
4. Membentuk Forum atau Komite Sekolah yang
Melibatkan Orang Tua
Partisipasi aktif orang tua dalam pengelolaan
sekolah meningkatkan rasa tanggung jawab kolektif dan mendukung penerapan
program pendidikan yang lebih tepat sasaran.
5. Pemanfaatan Teknologi Digital Secara Optimal
Sekolah dapat menggunakan aplikasi komunikasi
dan platform belajar daring untuk mempermudah koordinasi dengan orang tua.
Teknologi digital memungkinkan orang tua
memantau perkembangan anak secara real-time, menerima materi edukatif, dan
terlibat dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh.
6. Program Inklusif dan Fleksibel untuk Mengatasi
Hambatan Keterlibatan
Sekolah perlu mempertimbangkan berbagai kendala
yang mungkin dihadapi orang tua, seperti keterbatasan waktu, latar belakang
sosial ekonomi, atau akses teknologi.
Alternatif solusi termasuk menyediakan jadwal
pertemuan yang fleksibel, akses materi digital bagi orang tua yang sibuk, dan
program dukungan komunitas untuk memastikan semua keluarga dapat
berpartisipasi.
Sebagai penutup, dapat kita simpulkan bahwa
keberhasilan pendidikan anak bukan hanya bergantung pada sekolah atau guru
semata, melainkan juga pada sinergi yang kuat antara orang tua dan pendidik.
Ketika keduanya berjalan seirama dalam tujuan, komunikasi, dan kasih sayang,
maka tumbuhlah generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga
baik dalam adab, matang secara emosional dan spiritual. Karena itu, kolaborasi
antara guru dan orang tua bukan sekadar formalitas, melainkan kebutuhan mendesak
demi masa depan anak-anak kita yang lebih baik.
Referensi:
- Al-Bukhari, M. bin Isma‘il. t.t. Shahih
al-Bukhari no. 1358.
- Alukah.net. t.t. Al-Usrah wa al-Madrasah
Ta‘līman wa Tarbawiyā. https://www.alukah.net/social/0/135702/
- Bardon, A. 2024. Why parent-teacher
collaboration matters (and how to foster more of it). Lindenwood University
Online.
- Epstein, J. L. dkk. 2009. School, Family, and
Community Partnerships: Your Handbook for Action. Corwin Press.
- MTs Negeri 8 Sleman. t.t. Beranda.
https://mtsn8sleman.sch.id/
- Muslim, M. bin al-Hajjaj. t.t. Shahih Muslim
no. 2658.
- Nira, T., Mandik, F., & Zulviana, T. 2021.
Kunci Kolaborasi Keluarga dengan Sekolah. Kemdikbud.
Penulis:
Fajar Adi Kusuma, S.Pd.
(Kepala Sekolah SMPIP Al Madinah Kartasura)