Kasih Sayang Allah Yang Meliputi Segala Makhluk: Refleksi Dari Kisah Kalajengking

1 minggu yang lalu
182
5 menit baca
Kasih Sayang Allah Yang Meliputi Segala Makhluk: Refleksi Dari Kisah Kalajengking

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ ونسْتَعِيْنُهُ وَنسْتَغْفِرُهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:


Saudara seiman yang semoga senantiasa mendapatkan taufik dari Allah subhanahu wa ta'ala,

‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al Maqdisi membawakan kisah yang sangat inspiratif dalam kitabnya, At-Tawwabin yang berjudul: taubatu sakran (taubatnya seorang pemabuk). Beliau menukil kisah tersebut dari Yusuf bin Husain ar-raziy yang tatkala itu berkata:

“Suatu hari aku bersama Dzunnun Al-Mishri sedang berada di tepi anak sungai. Tiba-tiba aku melihat seekor kalajengking yang besar berada di seberang anak sungai tersebut, lalu nampak pula seekor katak keluar dari seberang anak sungai itu. Kemudian si kalajengking naik ke atas tubuh katak, lalu katak itu berenang menyeberangi anak sungai.”

Dzunnun berkata:

“Sungguh, kalajengking ini pasti memiliki misi, mari kita ikuti."

Maka kami pun mengikuti jejak kalajengking tersebut. Ternyata ada seorang laki-laki pemabuk yang sedang tidur. Tiba-tiba muncul seekor ular yang merayap naik ke tubuh laki-laki tersebut dari arah pusarnya menuju ke dadanya, sepertinya ular itu mencari lubang telinganya.

Tiba-tiba kalajengking itu datang menghadang dan menyerang ular tersebut sehingga ular pun berbalik dan mati. Setelah itu, kalajengking itu kembali turun ke anak sungai dan nampak si katak menghampirinya, lalu kalajengking itu menaiki punggung si katak, kemudian berenanglah si katak hingga sampai ke seberang anak sungai.

Dzunnun membangunkan laki-laki mabuk yang tidur tersebut, orang tersebut akhirnya membuka kedua matanya. Setelah itu Dzunnun berkata:

"Wahai anak muda, lihatlah bagaimana Allah menyelamatkanmu. Kalajengking ini datang membunuh ular yang ingin menggigitmu."

Kemudian Dzunnun bersenandung dengan sebuah sya’ir:

يَا غُلَامُ وَالْجَلِيلُ يَحْرُسُهُ      مِنْ كُلِّ سُوءٍ يَدُبُّ فِي الظُّلَمِ
كَيْفَ تَنَامُ الْعُيُونُ عَنْ مَلِكٍ      تَأْتِيهِ مِنْهُ فَوَائِدُ النِّعَمِ

Wahai anak muda, yang Allah menjaganya,
Dari semua bahaya yang merayap di kegelapan,
Bagaimana banyak mata tertidur dari seorang Raja,
Padahal banyak kenikmatan yang datang dari-Nya.

Pemuda tersebut kemudian bangkit dan berkata:

إِلٰهِي! هَذَا فِعْلُكَ بِمَنْ عَصَاكَ، فَكَيْفَ رِفْقُكَ بِمَنْ يُطِيْعُكَ

“Wahai Tuhanku, inilah yang Engkau lakukan terhadap orang yang bermaksiat kepada-Mu, lantas seperti apa kasih sayang-Mu terhadap orang yang mentaati-Mu?"

Setelah itu pemuda tersebut beranjak pergi. Kemudian Yusuf bin Husain ar-raziy bertanya kepada pemuda itu: "Mau ke mana wahai pemuda?"

Kemudian la menjawab, "Aku mau pergi ke pedesaan, Demi Allah, aku tidak akan kembali ke kota selama-lamanya." (At-Tawwabin: 226).


Mengambil ‘Ibrah dari Setiap Kejadian

Saudara seiman…
Cerita di atas mengisahkan bahwa si pemabuk tersebut sadar tentang luasnya rahmat Allah setelah kejadian yang dialaminya dan kemudian bertaubat kepada Allah Ta’ala.

Apabila seorang pemabuk saja mampu untuk mengambil pelajaran dari kejadian yang dialaminya, maka seharusnya kita lebih mampu untuk mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang kita temui. Apa yang terjadi dimuka bumi ini adalah ciptaan Allah Ta’ala, dan Allah Ta’ala memerintahkan untuk memperhatikan dan mengambil pelajaran darinya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah”. (QS. Al-A’raf: 185) 

Saudaraku…
Merenung dan memperhatikan nikmat yang Allah berikan kepada kita, akan mengantarkan kita pada keberuntungan, sebagaimana yang Allah Ta’ala tegaskan:

فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al-A’raf: 69)

Saudaraku…
Mulai hari ini dan seterusnya, mari kita banyak memperhatikan dan merenungkan nikmat yang Allah Ta’ala dan berbagai kejadian di sekitar kita, semoga dengan itu akan menjadikan kita untuk lebih taat, lebih takut kepada Allah dan banyak bartaubat dari semua kesalahan dan dosa.


Kasih Sayang Allah Meliputi Semua Makhluk

Saudaraku rahimakumullah…
Pada kisah diatas diceritakan Allah menyelamatkan manusia yang bermaksiat kepada-Nya dari marabahaya, yaitu ular yang akan menggigitnya. Hal ini menunjukkan kasih sayang Allah itu tidak ada batasnya.

Saudaraku…
Allah juga telah menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya:

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

“Dan Rahmat (kasih sayang)Ku meliputi segala sesuatu” (QS. Al-A’raf: 156)

As-Sa’di -rahimahullah- dalam tafsirnya berkata bahwa maksud dari “kasih sayang-Ku meliputi segala sesuatu” adalah bahwa kasih sayang Allah itu meliputi semua makhluk yang ada:

مِنَ الْعَالَمِ الْعُلْوِي وَالسُّفْلِي، الْبَرِّ وَالْفَاجِرِ، الْمُؤْمِنِ وَالْكَافِرِ

“Yaitu meliputi seluruh makhluk yang di atas dan yang dibawah, orang baik dan orang fajir, orang mukmin dan orang kafir” (Tafsir As-Sa’di: 305)

Saudaraku…
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi sebuah gambaran bahwa betapa besarnya kasih sayang seorang ibu terhadap bayinya dan tidak mungkin seorang ibu tega melemparkan anak yang telah ditemukan -setelah hilangnya- ke dalam api. Beliau menegaskan bahwa kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya jauh lebih besar dibanding kasih sayangnya seorang ibu terhadap anaknya.

Kemudian beliau bersabda:

لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hambaNya daripada wanita ini terhadap anaknya” (HR. al-Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 2754)

Saudaraku, hafizhakumullah…
Mari terus bersyukur dan senantiasa berbuat baik dan dibarengi dengan istighfar kepada Allah Ta’ala yang kasih sayang-Nya senantiasa tercurah kepada kita hingga saat ini.

Saudaraku…
Jika kita resapi lebih dalam, betapa luas kasih sayangnya Allah Ta’ala kepada kita hingga Allah masih berkenan menutupi aib-aib kita semua hingga detik ini, yang seandainya apabila aib kita dibuka, maka tidak ada yang selamat dan tidak ada seorangpun yang mau mendekati kita.

Ada kalimat bijak dari ulama besar kita, Muhammad bin Wasi’ rahimahullah yang sangat tinggi nilai filosofi yang bisa kita abadikan dan kita ukir dengan tinta emas untuk kita kuatkan di memory otak bawah sadar kita:

لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْب رِيْحٌ مَا جَلَسَ إِلَيَّ أَحَدٌ

“Kalau seandainya dosa-dosa itu ada baunya, niscaya tidak seorangpun yang akan duduk dekat denganku.” (Siyar A’lamin Nubala: 6/120)

Saudaraku…
Sekali lagi, marilah banyak bersyukur, senantiasa berbuat baik dan iringi dengan istighfar kepada Allah Ta’ala.


Referensi:

  • Al-Qur’an al-Karim.
  • As-Sa‘di, ‘Abdurrahman bin Nashir. 2002. Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan. Riyadh: Maktabah Ar-Rushd.
  • Al-Bukhari, Muhammad bin Isma‘il. 1997. Al-Jāmi‘ ash-Shahih. Riyadh: Darussalam.
  • Muslim, Muslim bin al-Hajjaj. 2006. Shahih Muslim. Riyadh: Darussalam.
  • Al Maqdisi, ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah. 1987. At-Tawwabin: Darul kutub ‘ilmiyyah, cetakan I.
  • Adz Adzahabi, Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman. 1982. Siyar A’lamin Nubala., Muassasah Ar Riasalah: Bairut, suriah, Cetakan II.

Penulis:

Jundi Sukarna, M.Pd., M.M.
(Bidang Pendidikan Yayasan Al Madinah Surakarta)

Download PDF