اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا يَلِيْقُ بِجَلَالِ وَجْهِهِ
وَعَظِيْمِ سُلْطَانِهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن
لَّا إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. لَا نَبِيَ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ:
Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala ....
Ada sebuah kisah yang sangat indah dan
inspiratif, yang merupakan salah satu dari kisah-kisah penuh hikmah. Kisah ini
dimuat dalam berbagai kitab para ulama, di antaranya adalah kitab Arba’un
Qishah Tarbawiyah Min As-Sunnah An-Nabawiyah karya Dr. Thalib bin ‘Umar bin
Haidarah Al-Katsiri hafizhahullahu Ta’ala.
Al-Miqdad bin ‘Amr bin
Al-Aswad, salah satu sahabat perawi hadis, bercerita bahwa beliau dan dua
temannya berhijrah ke Madinah. Pada suatu waktu, mereka memperkenalkan diri
kepada para sahabat Ansar agar dapat menginap di rumah mereka, namun tidak
seorang pun yang dapat menerima mereka. Lalu Al-Miqdad dan kedua temannya
mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang pada akhirnya Beliau membawa
mereka ke rumah beliau.
Di rumah Nabi saat itu
ada tiga ekor kambing. Dengan kemurahannya, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan untuk memerah susunya, seraya bersabda:
احْتَلِبُوا هَذَا اللَّبَنَ بَيْنَنَا
“Perahlah susu kambing-kambing itu untuk kita semua.”
Setelah itu, Al-Miqdad
dan kedua temannya memerah susu, dan setiap orang meminum bagiannya
masing-masing. Mereka kemudian menyimpan bagian susu milik Nabi shallallahu
'alaihi wasallam.
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam kemudian datang dan mengucapkan salam dengan suara yang pelan,
tidak membangunkan orang yang tidur dan hanya didengar oleh yang masih terjaga.
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengambil susu bagiannya, lalu meminumnya
sedikit. Setelah itu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke masjid dan
melaksanakan salat sunah nawafil.
Malam itu, setan
datang membisikkan kepada saya (Al-Miqdad) bahwa Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam tadi pergi ke rumah orang Ansar, dan orang Ansar memberinya
jamuan. Oleh karena itu, Beliau tidak akan lagi membutuhkan susu yang menjadi
bagiannya.
Akhirnya, Al-Miqdad
meminum bagian milik Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika susu itu
sudah masuk ke perutnya dan tidak bisa kembali lagi, setan justru membuatnya
menyesal dan berkata kepadanya:
“Celaka kamu! Kamu
telah meminum susu bagian Nabi Muhammad. Jika Beliau pulang dan tidak mendapati
susu itu, maka Beliau akan mendoakan keburukan dan kamu akan binasa, dan
kehidupan dunia serta akhiratmu akan hancur.”
Kemudian, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam yang mulia datang lagi. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
mengucapkan salam, lalu mendatangi tempat gelas berisi susu diletakkan dan
mengangkat tutupnya. Namun, di dalamnya tidak ada apa-apa. Beliau shallallahu
'alaihi wasallam kemudian melihat ke langit.
Saya (Al-Miqdad) masih
terjaga dan melihat semuanya. Saya berpikir, jangan-jangan sekarang Nabi shallallahu
'alaihi wasallam akan berdoa buruk untuk saya, bisa jadi saya akan binasa.
Namun, Beliau justru bersabda:
اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي وَأَسْقِ مَنْ
أَسْقَانِي
“Ya Allah! Berilah makan kepada orang yang memberiku makan dan berilah minum kepada orang yang memberiku minum.”
Mendengar doa ini,
saya (Al-Miqdad) segera mengambil kain dan mengikatkannya dengan kencang di
atas kepala. Saya yang masih terbangun, lalu keluar membawa pisau. Saya menuju
ke kambing yang paling sehat dan gemuk di luar. Ketika saya akan menyembelih
kambing tersebut untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, saya melihat
puting kambing itu telah penuh lagi dengan susu. Bahkan, puting kambing-kambing
yang lain juga penuh.
Akhirnya, saya
(Al-Miqdad) membawa mangkuk dari rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak menyangka sebelumnya mangkuk itu akan
penuh dengan susu. Saya memerah susu itu hingga meluber ke atasnya. Mangkuk itu
benar-benar penuh. Lalu, saya datang ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, yang kemudian Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَشَرِبْتُمْ شَرَابَكُمُ اللَّيْلَةَ
“Apakah kalian sudah
meminum jatah susu kalian malam ini?”
Al-Miqdad berkata:
“Ya Rasulullah, silahkan
minum susu ini.”
Beliau shallallahu
'alaihi wasallam minum, lalu memberikannya kepada saya.
Saya berkata lagi
kepada beliau:
“Ya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, silahkan minum lagi!”
Kemudian, Beliau minum
lagi, setelah itu Beliau memberikannya kepada saya. Ketika saya merasa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam sudah kenyang dengan susu yang Beliau minum, dan saya telah
mendapatkan doa Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, maka saya tertawa
sampai-sampai terjatuh ke tanah.
Melihat Al-Miqdad
tertawa, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِحْدَى سَوْآتِكَ يَا مِقْدَادُ
“Wahai
Al-Miqdad, perhatikan auratmu!”
Al-Miqdad berkata:
“Ya Rasulullah, Inilah
yang terjadi kepada saya, saya tadi melakukan begini dan begini.”
Saya lalu menceritakan
semuanya.
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam yang mulia bersabda:
مَا هَذِهِ إِلاَّ رَحْمَةٌ مِنَ اللَّهِ أَفَلاَ كُنْتَ
آذَنْتَنِي فَنُوقِظَ صَاحِبَيْنَا فَيُصِيبَانِ مِنْهَا
“Ini tidak lain kecuali rahmat dari Allah Ta’ala. Mengapa kamu tidak memberitahukan ini kepada saya sebelumnya, supaya kita bisa membangunkan kedua temanmu, sehingga mereka pun bisa minum dan mengambil bagian dari rahmat Allah ini.”
Al-Miqdad menjawab:
“Demi Allah yang telah mengutus Engkau dengan kebenaran, ketika Engkau mendapatkan rahmat itu, dan saya pun bersama Engkau mendapatkan rahmat itu, saya tidak peduli lagi siapa orang-orang yang akan mendapatkannya.” (HR. Muslim no 2055, dari al-Miqdad bin ‘Amr bin al-Aswad)
Setan Selalu
Menghembuskan Keburukan
Saudaraku seiman,
rahimakumullah…
Dari
cerita di atas, beliau Al-Miqdad didatangi dan dibisiki setan untuk berbuat
kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa setan itu senantiasa berupaya untuk
menjerumuskan manusia.
Saudaraku…
Sungguh
Pemimpin setan dari kalangan jin telah memproklamirkan diri untuk
senantiasa menggoda dan menjerumuskan anak keturunan Adam, yang seperti ini
Allah kabarkan di dalam surat al-A’raf:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ
الْمُسْتَقِيمَ ، ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ،
وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ
“Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan juga kiri mereka ...” (Al-A’raf: 16-17)
Ibnu
Jarir Ath-Thabary menjelaskan tentang ayat di atas dengan menukil
perkataan al-Hikam dan as-Suddy bahwa setan akan menghalangi dari kebenaran dan
menampakkan kaburukan menjadi kebaikan:
مِنْ قِبَلِ الْحَقِّ يَصُدُّهُمْ عَنْهُ وَمِنْ قِبَلِ
الْبَاطِلِ يَرْغَبُ فِيهِ وَيُزَيِّنُهُ لَهُمْ
“Setan akan mendatangi manusia dari semua cara yang haq dan batil, agar dapat menghalangi mereka dari kebenaran dan menghiasi kebatilan dan mengajak kepadanya.” (Jami’ Al-Bayan ‘an ta’wili ayi al-Quran, 5/99)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa setan itu selalu hadir di setiap aktivitas
manusia:
إِنَّ الشَّيطَانَ يَحضُرُ أَحَدَكُم عِندَ كُلِّ شَيْءٍ مِن
شَأنِهِ
“Sesungguhnya setan selalu hadir di sisi seseorang dalam setiap urusannya.” (HR. Muslim, no. 2033, dari Jabir bin ‘Abdillah)
Pemurahnya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
Saudaraku,
barakallahu fikum….
Kisah
di atas diceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkenan menampung
tamu dan mempersilahkan agar susu kambing milik Beliau diperah dan diminum
bersama tamu-tamunya.
Saudaraku,
ini menunjukkan betapa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam itu sangat
pemurah.
Dan
dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, Abdullah bin Abbas mengatakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَجْوَدَ النَّاسِ بالخَيْرِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan” (HR. al-Bukhari no. 1902, Muslim no. 2308. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbâs radhiyallahu anhuma)
Seorang
mukmin hendaknya menjadi pribadi yang pemurah dan dermawan:
وَلاَيَجْتَمِعُ الشٌّحُّ وَاْلإِيْمَانُ فِى قَلْبِ عَبْدٍ
أَبَدًا
“Tidak pernah berkumpul sifat bakhil dan iman di hati seorang hamba” (HR. An Nasai no 3110, shahih dishahihkan syaikh al-Albani dalam shahih an-Nasai no. 3112, dari Abu Hurairah)
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ
“Jauhilah sifat kikir, sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kamu adalah sifat kikir”
Memuliakan
Tamu
Saudaraku seiman,
barakallahu fikum ….
Lihatlah
kisah di atas, ketika para sahabat Anshar tidak sanggup lagi menerima tamu
karena keadaan ekonomi mereka yang sangat pas-pasan, maka Nabi menerima
mereka.
Saudaraku…
Demikian
contoh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam bermuamalah terhadap tamu yaitu
dengan memuliakan mereka. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam menghubungkan sifat
memuliakan tamu ini dengan keimanan kepada Allah dan hari akhir, sebagaimana
dalam sabdanya:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir maka muliakanlah tamu.” (HR. al-Bukhari no 6475, dari Abu Hurairah)
Referensi:
- Dr. Thalib bin ‘Umar bin Haidarah al
Katsiri, Arba’un qishah Tarbawiyah Minas sunnah an Nabawiyah, 2017, Maktabah
Alukah, hal. 138.
- Jami’ Al-Bayan ‘an ta’wili ayi al-Quran,
5/99
- Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid ath
thabari, Jami’ Al-Bayan ‘an ta’wili ayi al-Quran, Daril Hijri, Kairo,
2008, Jilid 5, Hal. 99
Penulis:
Jundi Sukarna, M.Pd.,
M.M.
(Bidang Pendidikan Yayasan Al Madinah
Surakarta)