Pendahuluan
Iman kepada hari akhir merupakan salah satu pilar utama akidah Islam yang menentukan lurus atau tidaknya cara pandang seorang muslim terhadap kehidupan. Tanpa keyakinan terhadap adanya kebangkitan, hisab, dan balasan, kehidupan dunia akan dipahami sebatas makan, minum, dan pemuasan syahwat, tanpa arah ukhrawi.
Karena itu, Al-Qur’an dan Sunah memberikan porsi pembahasan yang sangat luas tentang hari akhir, baik dalam bentuk penetapan, ancaman, maupun targhīb (motivasi). Artikel ini bertujuan mengurai makna iman kepada hari akhir, kewajiban mengimaninya, dalil-dalil yang menguatkannya, serta tanda-tanda yang mendahuluinya, dengan pendekatan yang lebih sistematis dan ilmiah.
Definisi dan Ruang Lingkup Iman kepada Hari Akhir
Secara bahasa, al-ākhir berarti “yang terakhir”. Istilah al-yawm al-ākhir merujuk pada hari setelah berakhirnya kehidupan dunia, yang tidak ada lagi hari setelahnya bagi manusia di alam taklif.
Secara istilah, iman kepada hari akhir adalah membenarkan dengan keyakinan yang pasti seluruh berita yang sahih tentang apa yang terjadi setelah kematian; dimulai dari sakaratulmaut, barzakh (alam kubur), kebangkitan (al-ba‘ts), pengumpulan di padang maḥshar, ḥisāb, mīzān, pembagian catatan amal, ṣirāṭ, telaga (ḥawḍ), syafaat, hingga berakhir dengan surga atau neraka.
Allah Ta‘ālā berfirman:
وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰئِكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيِّيْنَ
“Akan tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, para malaikat, kitab, dan para nabi.” (QS. Al-Baqarah: 177).
Penyandingan iman kepada Allah dengan iman kepada hari akhir dalam sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadis menunjukkan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam struktur akidah Islam. Sebab, keimanan kepada Allah mencakup pengakuan terhadap rubūbiyyah, ulūhiyyah, dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya; sementara keimanan kepada hari akhir merupakan konsekuensi logis dari keyakinan tersebut.
Barang siapa meyakini bahwa Allah Maha Bijaksana, Maha Adil, dan Maha Mengetahui seluruh amal perbuatan hamba, maka ia pasti meyakini adanya hari di mana amal itu akan dibalas.
Kedudukan Iman kepada Hari Akhir dalam Akidah Islam
Iman kepada hari akhir adalah salah satu dari enam rukun iman. Tanpa keimanan ini, keimanan seseorang tidaklah sah. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā berfirman:
وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰئكَتِه وَكُتُبِه وَرُسُلِه وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا بَعِيْدًا
“Barang siapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisā’: 136).
Dalam hadis Jibril yang masyhur, ketika Jibril ‘alaihissalām bertanya tentang iman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآخِرِ. وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” (HR. Muslim, no. 8).
Ibn Taimiyyah raḥimahu Allāh menegaskan bahwa kaum muslimin, baik Ahlus Sunnah maupun selainnya, sepakat tentang wajibnya iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir; mengingkari salah satunya menyebabkan seorang kafir keluar dari Islam (Majmū‘ al-Fatāwā: 7/357).
Demikian pula Ibn al-Qayyim raḥimahu Allāh menyebutkan bahwa tiga pokok besar yang disepakati seluruh agama samawi ialah: iman kepada Allah, iman kepada hari akhir, dan amal saleh (Aṣ-Ṣawā‘iq al-Mursalah: 3/1096).
Dalil Naqli dan ‘Aqli tentang Kepastian Hari Akhir
1. Dalil Naqli (Al-Qur’an dan Sunah)
Al-Qur’an penuh dengan penegasan tentang kebangkitan dan hari pembalasan. Di antaranya firman Allah:
زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ لَّنْ يُّبْعَثُوْاۗ قُلْ بَلٰى وَرَبِّيْ لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْۗ وَذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ
“Orang-orang kafir mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, sungguh kalian pasti akan dibangkitkan, kemudian diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.’ Yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. At-Taghābun: 7).
2. Dalil ‘Aqli (Logika Sehat)
Dalil ‘aqli yang paling sering digunakan Al-Qur’an adalah analogi penciptaan pertama dan dihidupkannya bumi setelah mati. Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُه وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِ
“Dialah yang memulai penciptaan kemudian mengulanginya, dan itu lebih mudah bagi-Nya.” (QS. Ar-Rūm: 27).
Juga firman-Nya:
وَمِنْ اٰيٰتِه اَنَّكَ تَرَى الْاَرْضَ خَاشِعَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْۗ اِنَّ الَّذِيْ اَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتىۗ اِنَّه عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa engkau melihat bumi kering dan tandus, kemudian apabila Kami menurunkan air (hujan) padanya, ia pun hidup dan menjadi subur. Sesungguhnya Zat yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fuṣṣilat: 39).
Tanda-Tanda Hari Akhir
Di antara penguat kepastian hari akhir adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak hanya mengabarkan secara global tentang terjadinya kiamat, tetapi juga menyebutkan tanda-tanda yang mendahuluinya dengan cukup rinci. Penjelasan tentang tanda-tanda ini menunjukkan bahwa hari akhir adalah sesuatu yang benar-benar pasti dan sudah ditetapkan waktunya di sisi Allah, hingga rincian peristiwa yang mengantarkannya pun diberitakan di dalam Al-Qur’an dan Sunah.
1. Tanda-Tanda Kecil
Tanda-tanda kecil kiamat adalah peristiwa-peristiwa yang muncul sebelum kiamat dengan intensitas yang beragam, sebagian telah terjadi, sebagian sedang terjadi, sebagian akan datang mendekati kiamat. Di antara tanda kecil yang sahih dalam hadis:
- Diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penutup para nabi.
- Merebaknya kebodohan, diangkatnya ilmu, dan dominasi orang-orang yang tidak berkompeten.
- Banyaknya pembunuhan tanpa sebab yang dibenarkan.
- Banyaknya gempa yang terjadi.
- Meningkatnya perzinaan dan minuman keras.
Tanda-tanda ini berfungsi sebagai peringatan dini bagi umat manusia untuk kembali kepada Allah sebelum terlambat.
2. Tanda-Tanda Besar
Tanda-tanda besar kiamat adalah peristiwa-peristiwa luar biasa yang mendekati kehancuran total alam semesta. Di antaranya:
- Munculnya ad-Dajjāl.
- Turunnya Nabi ‘Īsā ‘alaihissalām yang akan membunuh Dajjal.
- Keluarnya Ya’jūj dan Ma’jūj.
- Terbitnya matahari dari arah barat.
- Munculnya ad-Dābbah (hewan melata) yang berbicara kepada manusia.
- Munculnya dukhan (asap).
- Tiga gerhana bumi besar di timur, barat, dan Jazirah Arab.
- Api besar yang menggiring manusia menuju tempat berkumpul.
Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah bin Asid al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْا قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ، فَذَكَرَ: الدُّخَانَ، وَالدَّجَّالَ، وَالدَّابَّةَ، وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَيَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
“Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda. Lalu beliau menyebutkan: asap (dukhan), Dajjal, binatang melata (Dabbah), terbitnya matahari dari arah barat, turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga kali gerhana/penenggelaman bumi: gerhana di timur, gerhana di barat, dan gerhana di Jazirah Arab, serta yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman yang menggiring manusia menuju tempat mereka dikumpulkan (mahsyar).” (HR. Muslim, no. 2901).
Rangkaian tanda besar ini, bila mulai muncul akan saling berdekatan dan menandai bahwa masa dunia telah hampir berakhir.
Buah Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir memiliki implikasi praktis yang sangat besar dalam pembinaan akhlak dan kepribadian seorang muslim. As-Sa‘dī raḥimahu Allāh menyebutkan bahwa pengetahuan hakiki tentang hari akhir akan melahirkan dua hal pokok dalam hati: khauf (takut) dan rajā’ (harap). Kedua unsur ini, jika hilang dari hati, maka hati akan rusak; namun bila hadir secara seimbang, ia mendorong kepada ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan (Tafsīr as-Sa‘dī: 15).
Syaikh Ibn ‘Utsaimin raḥimahu Allāh merangkum buah iman kepada hari akhir dalam beberapa poin:
- Motivasi kuat untuk taat: Seorang yang meyakini adanya ḥisāb dan balasan akan lebih termotivasi untuk melaksanakan kewajiban dan memperbanyak amal saleh, karena yakin bahwa tidak ada satu amal pun yang sia-sia.
- Menahan diri dari maksiat: Keyakinan bahwa setiap dosa akan dihisab dan mungkin mengantarkan kepada azab, membuat seorang mukmin lebih berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya.
- Memberi ketenangan dalam menghadapi musibah: Iman kepada hari akhir menghibur seorang mukmin ketika kehilangan kenikmatan dunia, karena ia berharap kompensasi yang jauh lebih besar di akhirat. Hal ini menguatkan sabar, rida, dan husnuzan kepada Allah. (Sharḥ Thalāthah al-Uṣūl: 105).
Dengan demikian, iman kepada hari akhir bukan sekadar konsep teoretis, tetapi fondasi moral dan spiritual yang memengaruhi seluruh dimensi kehidupan seorang muslim.
Penutup
Iman kepada hari akhir menempati posisi yang sangat mulia dalam bangunan akidah Islam. Ia menghubungkan manusia dengan kehidupan abadi, menyadarkan bahwa dunia hanyalah fase singkat sebelum memasuki alam yang kekal. Kewajiban mengimani hari akhir didukung oleh dalil naqli yang mutawatir dan hujjah ‘aqli yang kuat. Tanda-tanda kiamat bukan sekadar informasi eskatologis, tetapi peringatan agar manusia kembali kepada Rabb-nya.
Dengan menguatkan iman kepada hari akhir, seorang muslim akan lebih terarah dalam beramal, lebih berhati-hati dalam bermaksiat, dan lebih tenang dalam menghadapi ujian dunia, karena ia yakin bahwa:
وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ
“Dan bahwa kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan siapa saja yang di dalam kubur.” (QS. Al-Ḥajj: 7).
Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yang mempercayai hari akhir dengan sebenar-benarnya, mempersiapkan bekal terbaik untuk menghadapinya, dan mendapatkan keselamatan pada hari ketika tidak bermanfaat lagi harta dan anak, kecuali hati yang selamat.
Referensi
- Al-Ḥakamī, Ḥāfiẓ bin Aḥmad. (1422 H). A‘lām as-Sunnah al-Mansyūrah. Tahqīq: Ḥāzim al-Qāḍī. Riyadh: Wizārat asy-Syūn al-Islāmiyyah.
- Al-Wābil, Yūsuf bin ‘Abdullāh. (1991). Ashrāṭ al-Sā‘ah. Dammām: Dār Ibn al-Jawzī.
- As-Sa‘dī, ‘Abd al-Raḥmān bin Nāṣir. (1422 H). Taysīr al-Karīm al-Raḥmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān (Tafsīr As-Sa‘dī). Dammām: Dār Ibn al-Jawzī.
- Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, Muḥammad bin Abī Bakr. (1988). Aṣ-Ṣawā‘iq al-Mursalah. Tahqīq: ‘Alī ad-Dakhīlullāh. Riyadh: Dār al-‘Āṣimah.
- Ibn Taymiyyah, Aḥmad bin ‘Abd al-Ḥalīm. (2004). Majmū‘ al-Fatāwā. Ed. ‘Abd al-Raḥmān bin Qāsim. Madīnah: Mujamma‘ al-Malik Fahd.
- Ibn ‘Uthaymīn, Muḥammad bin Ṣāliḥ. (1435 H). Sharḥ Thalāthah al-Uṣūl. Qaṣim: Mu’assasah asy-Syaikh.
- Muslim bin al-Ḥajjāj al-Naysābūrī. (1433 H). Ṣaḥīḥ Muslim. Beirut: Dār Ṭawq al-Najāh.
Penulis:
Abu al-Laits Hafidz Cahaya, Lc.
(Pengajar Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Madinah Boyolali)