Khotbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ رَحِمَكُمُ اللَّهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah Ta'ala...
Marilah kita panjatkan segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan nikmat-Nya yang tak terhingga kepada kita semua. Allah telah menjamin bahwa setiap rasa syukur yang kita panjatkan, manfaatnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebagaimana firman-Nya:
وَمَن يَشكُرْ فَإِنَّمَا يَشكُرُ لِنَفسِهِ (12)
“Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” (QS. Luqman: 12)
Dari mimbar ini, khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri secara khusus dan kepada jama’ah secara umum, agar senantiasa bertakwa kepada Allah di mana saja berada.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada manusia terbaik, Nabi kita Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam, seluruh keluarga, kepada para shahabat, dan seluruh orang-orang yang mengikuti beliau sampai hari kiamat.
Saudaraku sekalian yang semoga senantiasa dilimpahi keberkahan dari Allah subhanahu wa ta’ala...
Mari kita renungkan sebuah kisah yang sarat makna, diriwayatkan dalam hadits shahih dari sahabat mulia, Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Kisah ini mengajarkan kita tentang dahsyatnya kekuatan sedekah.
Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan:
Ada seseorang yang sedang berada di tanah lapang. Tiba-tiba, ia mendengar suara dari atas gumpalan awan yang berbunyi:
اِسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ
“Wahai awan, hujani lah kebun si fulan!”
Seketika, awan itu bergerak cepat, menjauh, dan menuangkan air dengan deras di bawah terik matahari, tepat di atas kebun yang disebut namanya.
Tak lama kemudian, orang yang mendengar suara itu mendatangi kebun tersebut. Ia melihat sang petani pemilik kebun sedang berdiri, membersihkan air yang membasahi tubuhnya. Orang itu pun bertanya:
يَا عَبْدَ اللّٰهِ، مَا اسْمُكَ؟
"Wahai hamba Allah, siapa namamu?"
Petani itu menjawab, "Namaku 'Fulan'," nama yang persis sama dengan yang didengar dari awan tadi. Petani itu balik bertanya, "Mengapa Anda menanyakan namaku?"
Orang itu kemudian menceritakan apa yang ia dengar dari awan. Lalu ia bertanya, "Apa gerangan amalan yang pernah Anda lakukan?"
Maka petani itu menjawab dengan rendah hati:
"Adapun jika memang benar apa yang kamu ucapkan itu, sesungguhnya saya selalu memperhatikan setiap hasil panen yang keluar dari kebunku ini. Lalu, hasilnya saya bagi menjadi tiga bagian:"
فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ اَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثًا
“Maka saya sedekahkan sepertiganya, lalu sepertiga lagi saya makan bersama keluarga saya, dan sisanya lagi yang sepertiga saya gunakan untuk membiayai kebunku ini.” (HR. Muslim no. 2984)
Tiga Pelajaran Berharga dari Sedekah
1. Tidak Ada Yang Mustahil Jika Allah Menghendaki
Jama’ah sekalian, rahaimakumullah... Kisah ini menunjukkan bahwa ketika Allah Ta'ala berkehendak, tidak ada yang mustahil. Suara perintah di sela-sela awan dan hujan yang dikhususkan di tengah terik adalah bukti nyata kekuasaan-Nya. Cukup dengan satu firman, segalanya terjadi:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82)
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)
2. Sedekah Adalah Bukti Keimanan (Burhan)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahwa sedekah adalah indikator kebenaran keyakinan seseorang.
وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ
“Shalat merupakan cahaya, dan sedekah merupakan bukti.” (HR. Muslim no. 223)
Imam An-Nawawi menjelaskan sebab sedekah dinamakan burhan (bukti).
أَيْ: دَلِيلٌ عَلَى صِحَّةِ إِيمَانِ صَاحِبِهَا، وَسُمِّيَتْ صَدَقَةً؛ لِأَنَّهَا دَلِيلٌ عَلَى صِدْقِ إِيمَانِهِ، وَبُرْهَانٌ عَلَى قُوَّةِ يَقِينِهِ.
"Artinya: Sedekah merupakan bukti atas keabsahan iman pemiliknya, dan dinamakan ṣadaqah (sedekah) karena ia adalah bukti atas kejujuran imannya, dan bukti/indikator atas kekuatan keyakinannya." (Syarh Shahih Muslim: 3/86)
3. Sedekah Mengundang Rezeki Tak Terduga dan Memadamkan Murka Allah
Saudaraku seiman, hafidhakumullah... Petani itu mendapatkan karunia hujan yang dikhususkan, sebuah rezeki tak terduga. Ini sesuai dengan janji Allah dalam Hadits Qudsi:
يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
“Wahai anak Adam, berinfaklah! maka Aku akan berinfak kepadamu.” (HR. Muslim no. 993)
Selain itu, sedekah memiliki keutamaan luar biasa, yaitu:
- Memadamkan Kemurkaan Allah Ta'ala
وَصَدَقةُ السِّرِّ تُطفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ.
“Sedekah yang dikeluarkan secara diam-diam akan memadamkan kemurkaan Tuhan.” (HR. ath-Thobroni – dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, No. 3766)
Dalam riwayat lain:
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ.
“Sesungguhnya sedekah itu benar-benar memadamkan kemurkaan Tuhan.” (HR. Tirmidzi no. 664)
- Pembebasan dari Api Neraka
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ.
“Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun dengan (bersedekah) sebutir kurma.” (HR. al-Bukhari no. 3595 dan Muslim no. 1016)
Prioritas Sedekah: Keluarga dan Tanggungan Utama
Saudaraku... Seringkali, manusia terbalik. Kita mudah mengeluarkan harta untuk teman atau mitra yang jauh, namun menjadi sangat pelit kepada orang terdekat yang menjadi tanggung jawab kita, seperti keluarga dan karyawan.
Ingatlah hadits yang mulia berikut ini:
أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ مَا تَرَكَ غِنًى، وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ.
"Sedekah yang paling utama adalah yang meninggalkan kecukupan (kekayaan), tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, dan mulailah dengan orang yang wajib kamu nafkahi." (HR. al-Bukhari no. 5355)
Demikian khutbah ini. Mari kita arahkan hati kita untuk gemar bersedekah, meyakini bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan akan ditambah keberkahannya oleh Allah. Semoga Allah menjadikan tangan kita ringan untuk selalu memberi, sehingga kondisi sosial kita lebih erat dan harmonis, upaya dan harta kita berkah, serta bahagia kita dan keluarga kita di dunia dan akhirat. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khotbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Tempuh Jalan Kesembuhan Dengan Sedekah
Ikhwatal kiram, a’azzakumullah...
Di zaman ini, banyak saudara kita yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Sebagian mungkin merasa putus asa.
Namun, ketahuilah, syariat Islam yang mulia mengajarkan bahwa sedekah bisa menjadi obat! Dengan izin Allah, sedekah adalah sebab datangnya kesembuhan, karena ia dapat memadamkan kemurkaan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
دَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ.
"Obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan sedekah." (HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 744)
Saudaraku... Mulai hari ini dan seterusnya, marilah kita perbanyak sedekah dengan harapan mendapatkan pahala besar dan karunia dari Allah Ta'ala.
Semoga Allah Ta'ala menganugerahkan taufik-Nya kepada kita, menjadikan kita ringan bersedekah, sehingga keimanan kita diakui, dosa kita diampuni, urusan kita dipermudah, disembuhkan orang-orang yang sakit di antara kita, dan kita semua meraih kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat. Aamiin.
أَلَا وَصَلُّوْا عِبَادَ اللهِ عَلَى خَيْرِ الصَادِقِيْنَ، وَإِمَامِ الْحُنَفَاءِ الْمُخْلِصِيْنَ، كَمَا أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ بِقَوْلِهِ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّم عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ: أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اللَّهُمَ حَبَّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Referensi:
- Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 1997. Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir wa Ziyadatuh (Jilid 1 & 2). Beirut: Al-Maktab Al-Islami.
- Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 1999. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib (Jilid 1). Riyadh: Maktabah Al-Ma'arif.
- Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih Al-Bukhari. Kairo: Dar Thuq An-Najah.
- Abu Dawud, Sulaiman bin Al-Asy'ats. Sunan Abi Dawud. Beirut: Dar Ibnu Hazm.
- An-Nawawi, Muhyiddin Yahya bin Syaraf. Syarh Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya' At-Turats Al-Arabi.
- At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa. Sunan At-Tirmidzi. Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islami.
- Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj. Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya' At-Turats Al-Arabi.
Penulis:
Jundi Sukarna, M.Pd., M.M.
(Bidang Pendidikan Yayasan Al Madinah Surakarta)