Adab Pergi Ke Masjid

3 hari yang lalu
117
5 menit baca
Adab Pergi Ke Masjid

Saudaraku seiman yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, kesempurnaan syariat Islam telah mengatur segalanya, bahkan detail terkecil seperti cara kita berjalan menuju masjid, tempat paling mulia di muka bumi.

Masjid bukanlah sekadar tempat rutin, melainkan titik awal ibadah yang kaya keutamaan. Dengan memahami dan mengamalkan adab-adab ini, setiap persiapan dan langkah kaki kita akan dihitung sebagai pahala yang besar di sisi Allah.

Lalu, apa saja rahasia dan adab yang harus kita perhatikan agar perjalanan menuju Rumah-Nya menjadi ibadah yang sempurna? Mari kita simak panduan agung berikut:


1. Bersuci dari Hadats (Berwudhu)

Pahala sudah dimulai bahkan sebelum Anda melangkah keluar. Pastikan Anda telah menyempurnakan wudhu. Kenapa ini penting? Dengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا مِنْ رَجُلٍ يَتَوَضَّأُ، فَيُحْسِنُ الوُضُوْءَ، ثُمَّ يَأْتِي مَسْجِدًا مِنَ الـمَسَاجِدِ، فَيَخْطُو خُطْوَةً؛ إِلَّا رُفِعَ بِهَا دَرَجَةً، أَوْ حُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً، أَوْ كُتِبَتْ لَهُ بِهَا حَسَنَةً.

“Tidaklah ada seorang berwudhu dengan sempurna, kemudian menuju masjid, tidaklah dia melangkah satu langkah kecuali Allah akan angkat derajatnya, atau menghapuskan dosanya, atau Allah akan mencatat setiap langkahnya sebagai pahala untuknya” (HR. Muslim no. 564)


2. Memakai Pakaian yang Baik, Bersih, dan Suci

Ketika kita akan bertemu tokoh penting, kita pasti memilih pakaian terbaik. Lalu, bagaimana saat kita menghadap Raja Semesta Alam, Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ (31)

“Wahai bani Adam, gunakanlah perhiasan kalian setiap kali menuju masjid.” (QS. Al-A’raf: 31)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan istilah الزِّينَةُ (perhiasan) dalam ayat ini ialah pakaian, yaitu pakaian yang menutupi aurat, terbuat dari kain yang baik dan bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian. Mereka diperintahkan untuk memakai pakaiannya yang indah di setiap memasuki masjid.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/405)

Sepantasnya seorang muslim memperhatikan kebersihan dan kesucian serta baiknya pakaian yang dia kenakan ketika pergi ke masjid.


3. Dianjurkan Bersiwak dan Memakai Minyak Wangi

Jangan hanya pakaian yang baik, aroma tubuh pun harus diperhatikan. Kebersihan mulut dan aroma adalah bagian dari adab.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ.

“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Muslim no. 252)

Adapun berkaitan tentang memakai minyak wangi, disebutkan dalam hadits tentang hari Jum’at:

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ، وَسِوَاكٌ، وَيَمَسُّ مِنَ الطِّيبِ مَا قَدَرَ عَلَيْهِ.

“Mandi hari Jum’at itu wajib atas setiap orang yang telah baligh, bersiwak, dan memakai minyak wangi sesuai dengan kemampuannya.” (HR. Muslim no. 846)


4. Berdo’a Ketika Keluar Rumah

Langkahkan kaki keluar rumah dengan penuh tawakal dan permohonan perlindungan. Doa ini adalah perisai terkuat Anda dari godaan setan.

Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَالَ - يعنِي إذا خرَجَ مِنْ بيْتِه -: بِسمِ اللهِ تَوكَّلتُ على اللهِ، ولا حولَ ولا قوَّةَ إلَّا باللهِ، يُقالُ له: هُدِيتَ وكُفيتَ ووُقِيتَ، وتنَّحَّي عنه الشَّيطانُ، فيقول -يعني الشيْطانُ لشيطانٍ آخرَ-: كيف لك برجلٍ قدْ هُدِي وكُفِي ووُقِي؟

“Siapa yang mengucapkan -ketika keluar dari rumahnya-: Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah, dikatakan kepadanya: ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi, dan kamu dilindungi.’ Maka setan-setan pun berteriak. Kemudian ada salah satu setan yang berkata kepada lainnya: ‘Bagaimana mungkin kalian bisa menggoda orang yang sudah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.’” (HR. Abu Daud no. 5095)


5. Berjalan Menuju Masjid dengan Tenang (Sakinah dan Waqar)

Jagalah ketenangan dalam perjalanan menuju masjid.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذَا سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ، وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِيْنَةِ وَالوَقَارِ وَلَا تُسْرِعُوا، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا.

“Apabila kalian mendengar iqamah maka berjalanlah menuju shalat, dan tetaplah tenang (Sakinah) dan berwibawa (Waqar) dan jangan tergesa-gesa, apa yang kalian dapati dari shalatnya imam maka kerjakan dan apa yang terluput darinya maka sempurnakanlah” (HR. al-Bukhari no. 636 dan Muslim no. 602)

Imam An Nawawi rahimahullah berkata:

  • As-sakinah artinya tenang dalam gerakan dan meninggalkan perkara sia-sia.

  • Al-waqar adalah ketenangan dalam penampilan, menundukkan pandangan, merendahkan suara, berjalan di jalannya tanpa menoleh ke sana kemari, dan hal-hal yang semisalnya. (Syarah Shahih Muslim: 5/100)


6. Masuk Masjid Mendahulukan Kaki Kanan dan Mendahulukan Kaki Kiri Ketika Keluar

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:

مِن السُّنة إِذَا دَخَلْتَ المَسْجِدَ أَنْ تَبْدَأَ بِرِجْلِكَ اليُمْنَى، وَإِذَا خَرَجْتَ أَنْ تَبْدَأَ بِرِجْلِكَ اليُسْرَى.

“Termasuk sunnah apabila engkau masuk masjid mendahulukan kaki kanan dan apabila keluar mendahulukan kaki kiri.” (HR. Hakim no. 791 dan Al Baihaqi no. 442)


7. Membaca Do’a Ketika Masuk dan Keluar Masjid

Dari Abu Usaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ المـَسْجِدَ، فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، وَإِذَا خَرَجَ، فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ.

“Apabila salah seorang diantara kalian masuk masjid maka ucapkanlah: Ya Allah bukakanlah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu, dan apabila keluar maka ucapakan: Ya Allah aku meminta keutamaan-Mu.” (HR. Muslim no. 713)


8. Shalat Sunnah Tahiyatul Masjid Dua Raka’at Sebelum Duduk

Ini adalah penghormatan kepada Rumah Allah.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ أحَدُكُمُ المَسْجِدَ، فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ.

“Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sehingga mengerjakan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari, no. 444 dan Muslim, no. 714)


9. Tidak Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat

Menghalangi kekhusyukan orang yang shalat adalah dosa besar.

Dari Abu Juhaim radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ الـمَارُّ بَيْنَ يَدَيِّ الـمُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِيْنَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ.

“Seandainya orang yang berjalan di depan orang yang sedang shalat mengetahui apa yang akan menimpanya (dari dosa), niscaya dia akan berhenti selama 40 (hari, bulan atau tahun) daripada dia berjalan dihadapan orang yang sedang shalat.” (HR. al-Bukhari no. 510 dan Muslim no. 507)


10. Menunggu Shalat dengan Berdzikir, Berdo’a, atau Membaca Al-Qur’an

Keutamaan sangat besar didapatkan ketika kita menunggu shalat ditegakkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فيِ الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ والْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ أَحَدِكُمْ مَادَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلىَّ فِيْهِ يَقُوْلُوْنَ: اَللّهُمَّ ارْحَمْهُ الّلهُمَّ اغْفِرْ لَهُ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيْهِ وَمَا لَمْ يُحْدِثْ.

“Apabila masuk masjid maka dia dalam shalat selama shalat itu menahannya, dan malaikat bershalawat kepada salah-seorang diantara kalian selama dia di tempat yang dia shalat padanya, para malaikat berkata: Ya Allah rahmatilah dia, Ya Allah ampunilah dia, selama dia tidak mengganggu dan selama dia tidak berhadats.” (HR. al-Bukhari no. 176 dan Muslim no. 649)


📝 Penutup

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, inilah sebagian adab-adab yang sangat agung ketika seorang pergi ke masjid. Marilah bersama-sama menjaganya sebagai ibadah yang kita ikhlaskan kepada-Nya, bukan hanya sekadar rutinitas yang tidak bermakna. Jadikanlah adab-adab ini sebagai jalan untuk menggapai keutamaan-Nya dan menjadikan kita sebagai insan yang mulia di sisi-Nya.

Wallahu a’lam.


📚 Referensi

  • Al-Qur'an Al-Karim
  • Abu Dawud, Sulaiman. (2009). Sunan Abi Dawud. Damaskus: Dar Risalah Ilmiyah.
  • Alu Syaikh, Muhammad bin Ibrahim. (2012). Syarh Adab Masyu ila Shalat. Riyadh: Maktabah Malik Fahd.
  • An-Nawawi, Al-Imam. (1994). Al-Minhaj Fii Syarh Shahih Muslim. Muassasah Cordoba.
  • Bukhari, Al-Imam. (2002). Shahih Al-Bukhari. Beirut: Daar Ibnu Katsir.
  • Ibnu Katsir, Al-Imam. (1999). Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim. Riyadh: Daar Thayyibah.
  • Muslim bin Hajjaj, Al-Imam. (2010). Shahih Muslim. Beirut: Daar Kutub Ilmiyah.

✍️ Penulis

Ustadz Dalari Umar, Lc.
(Pengajar Pondok Pesantren Al Madinah Cepogo)

Download PDF