Pilar Akidah: Memahami Keimanan Yang Lurus Kepada Kitab-kitab Allah

15 jam yang lalu
69
7 menit baca
Pilar Akidah: Memahami Keimanan Yang Lurus Kepada Kitab-kitab Allah

Iman adalah fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Iman bukanlah sekadar pengakuan lisan, melainkan keyakinan yang tertanam kuat dalam hati dan dibuktikan melalui perbuatan. Dalam enam pilar rukun iman, terdapat satu pilar fundamental yang sering kali hanya dipahami secara umum, yaitu beriman kepada kitab-kitab Allah. Keimanan ini menempati urutan ketiga setelah iman kepada Allah dan para Malaikat-Nya, menunjukkan betapa sentralnya posisi wahyu ilahi dalam membentuk akidah umat Islam.

Mengapa keimanan ini begitu penting? Karena kitab-kitab Allah adalah sumber petunjuk (hidayah), cahaya (nur), dan kebenaran (haq) yang mutlak, diturunkan langsung oleh Allah Ta’ala untuk memperbaiki urusan agama dan dunia manusia.


Hakikat Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Secara definitif, keimanan kepada kitab-kitab Allah dimaknai oleh para ulama sebagai:

التَّصْدِيْقُ بِالْكُتُبِ الَّتِيْ اَنْزَلَهَا اللهُ عَلَى رُسُلِهِ وَأَنَّهَا كَلَامُهُ وَأَنَّهَا حَقٌّ وَنُوْرٌ وَهُدَى فَيَجِبُ الْاِيْمَانُ بِمَا سَمَّى اللهُ مِنْهَا كَالتَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيْلِ وَالزَّبُوْرِ وَالْقُرْآنِ وَالْاِيْمَانُ بِمَا لَمْ يُسَمَّ اللهُ مِنْهَا.

“Membenarkan kitab suci-kitab suci yang diwahyukan Allah kepada para rasul-Nya, dan bahwasanya kitab -kitab itu merupakan firman-Nya, kebenaran, cahaya, dan petunjuk. Maka wajib untuk mengimani kitab-kitab yang telah Allah sebutkan namanya, seperti Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an, dan juga wajib untuk mengimani yang tidak Allah sebutkan namanya.”

Keimanan yang dimaksud di sini adalah pembenaran yang disertai keyakinan teguh bahwa seluruh kitab tersebut adalah kalam Allah yang di dalamnya terdapat bimbingan sempurna bagi umat manusia.

Ini adalah perintah langsung dari Allah Ta'ala kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam firman-Nya:

یَـا أَیُّهَا الَّذِینَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ والكِتَـٰبِ الَّذِی نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالكِتَـٰبِ الَّذِی أَنزَلَ مِن قَبْلُ (136)

“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur`ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya” (QS. An-Nisa: 136)

Ayat ini menegaskan kewajiban untuk tidak hanya mengimani Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, tetapi juga seluruh kitab yang diturunkan Allah sebelumnya.


Perincian Kitab-Kitab Allah yang Wajib Diimani

Allah Jalla wa ‘Ala telah mengutus para rasul dengan membawa bukti-bukti nyata (mukjizat) dan disertai dengan kitab sebagai pedoman. Firman Allah:

لَقَد أَرسَلنَا رُسُلَنَا بِالبَیِّنَـٰتِ وَأَنزَلنَا مَعَهُمُ الكِتَـٰبَ وَالمِیزَانَ لِیَقُومَ النَّاسُ بِالقِسطِ (25)

“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.” (QS. Al-Hadid: 25)

Meskipun setiap rasul memiliki kitab atau suhuf, kita hanya wajib mengimani secara terperinci nama-nama kitab yang telah Allah kabarkan, antara lain:

  1. Taurat: Kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam. Allah menurunkan Taurat setelah membinasakan generasi-generasi terdahulu, untuk menjadi pelita, petunjuk, dan rahmat bagi Bani Israil, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat Al-Qashash: 43. Taurat berisi hikmah dan hukum yang membimbing mereka menuju kebahagiaan.
  2. Injil: Kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘Alaihis Salam. Injil diturunkan sebagai pembenar terhadap Taurat yang telah ada sebelumnya, dan di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat Al-Maidah: 46.
  3. Zabur: Kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘Alaihis Salam. Kitab ini dikabarkan Allah dalam firman-Nya surat An-Nisa: 163, yang menurut sebagian ulama tafsir isinya didominasi oleh nasihat, hikmah, doa, serta pujaan dan sanjungan kepada Allah.
  4. Suhuf (Lembaran-lembaran): Diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘Alaihimas Salam, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat An-Najm: 36 dan Al-A’la: 18-19.
  5. Al-Qur’an:       Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Qur'an membenarkan kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat Ali Imran: 3.

Adapun kitab-kitab lain yang tidak disebutkan namanya, kita wajib mengimaninya secara global (ijmali), yakni meyakini bahwa Allah telah menurunkan wahyu dan petunjuk kepada para rasul-Nya.


Integritas dan Keunggulan Al-Qur'an

Semua kitab suci yang Allah turunkan pada hakikatnya saling membenarkan satu sama lain, karena semua berasal dari sumber yang Mahabenar. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:

وَلَو كَانَ مِن عِندِ غَیرِ للَّهِ لَوَجَدُوا فِیهِ اختِلَـٰفا كَثِیرا (82)

“Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa: 82).

Imam As-Sa’diy rahimahullah menjelaskan bahwa:

فَلَمَّا كَانَ مِنْ عِنْدِ اللهِ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ اخْتِلَافٌ أَصْلًا.

Ketika Al-Qur’an datang dari sisi Allah, maka tidak akan pernah didapati di dalamnya pertentangan sama sekali. (Tafsir As-Sa’dy: 154).


Ahli Kitab Mengubah Kitab Suci Mereka

Allah Ta'ala telah mengabarkan bahwa ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) telah melakukan pengubahan (tahrif) terhadap kitab suci mereka, baik pengubahan secara lafaz (teks) maupun secara makna (interpretasi).

مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ (46)

“Di antara orang-orang Yahudi, ada yang mengubah-ubah kalimat-kalimat (Allah) dari tempat-tempatnya.” (QS. An-Nisa: 46)

Selain mengubah lafaz, mereka juga memutarbalikkan lidah saat membaca kitab dan berdusta atas nama Allah, padahal mereka mengetahui kebohongan tersebut, sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya:

وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُوْنَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتٰبِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ للَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ للَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى للَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (78)

“Sesungguhnya di antara mereka, ada segolongan orang yang memutar-mutar lidahnya (dalam membaca) Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.” (QS. Al Imran: 78)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy rahimahullah menjelaskan,

وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَرِيْقًا، هُمْ مُحَرِّفُوْنَ لِكِتَابِ اللهِ. وَهَذَا يَشْمُلُ التَّحْرِيْفَ اللَّفْظِيْ، وَالتَّحْرِيْفَ الْمَعْنَوِيْ.

“Sesungguhnya di antara ahli kitab (yahudi dan Nasrani) ada segolongan orang  yang mereka itu mengubah-ubah kitab Allah. Pengubahan ini mencakup pengubahan secara lafadz maupun pengubahan secara makna.” (Tafsir As-Sa,diy: 110)


Al-Qur'an sebagai Penjaga Kebenaran (Muhaimin)

Dalam konteks ini, Al-Qur'an datang sebagai Kitab Penutup dengan fungsi agung:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu kitab suci (Al Qur’an) dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab suci yang sebelumnya dan menjaganya.” (QS. Al-Maidah: 48)

Dalam Tafsir Al Mukhtashar dijelaskan bahwa وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ “dan sebagai penguji” maksudnya adalah sebagai  penguji terhadap kitab sebelumnya,  apa yang mencocoki Al Qur'an maka itu adalah haq dan yang menyelisihinya adalah batil. (Al-Mukhtashar fi Tafsir Al-Qur’an : 116).


Tiga Sikap Manusia Terhadap Wahyu Allah

Berkaitan dengan keimanan ini, sikap manusia terhadap wahyu Allah terbagi menjadi tiga kelompok, dan setiap kelompok menentukan nasibnya di akhirat:

1. Kelompok Pendusta Seluruhnya:
Mereka adalah orang-orang kafir, musyrik, dan ahli filsafat yang menolak semua kitab dan Rasul. Bagi mereka, Allah menyiapkan siksaan yang berat dan menghinakan.

إِنَّ الَّذِینَ كَفَرُوا بِـاٰیـٰتِ اللَّهِ لَهُم عَذَاب شَدِیدٌۗ وَاللَّهُ عَزِیزٌ ذُو انتِقَامٍ (4)

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 4)

2. Kelompok Mukmin Sejati:
Mereka adalah orang-orang yang beriman terhadap seluruh rasul dan kitab yang diturunkan, tanpa membeda-bedakan. Inilah sifat hakiki kaum Muslimin.

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ (285)

“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepada-Nya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya…” (QS. Al-Baqarah: 285)

3. Kelompok Beriman pada Sebagian dan Kufur pada Sebagian Lain:
Mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang mengimani kitab mereka namun menolak Al-Qur'an. Kelompok ini dikecam keras oleh Allah karena keimanan sejati harus mencakup seluruh wahyu. Allah menyebut mereka sebagai orang-orang kafir yang sebenar-benarnya (Al-Kafirun Haqqan).

أُولٰـئِكَ هُمُ الكٰـفِرُونَ حَقّاۚ وَأَعتَدنَا لِلكٰـفِرِینَ عَذَابا مُّهِینا (151)

“Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 151)

Refleksi Akidah dan Implementasi

Keimanan kepada kitab-kitab Allah, khususnya Al-Qur'an, tidak hanya berhenti pada pengakuan lisan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti:

Mengkaji dan Mengamalkan Al-Qur'an: Keimanan ini memotivasi kita untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an secara konsisten. Inilah satu-satunya jalan untuk mendapatkan petunjuk yang lurus. 

Mendakwahkan Kebenaran dan Mengajarkannya: Umat Islam memiliki tanggung jawab untuk mendakwahkan Al-Qur'an, yang merupakan sumber kebenaran terakhir dan teruji, kepada seluruh umat manusia.

Keimanan kepada Kitab-kitab Allah Ta’ala harus menjadi akidah yang kokoh dalam sanubari. Hanya dengan keyakinan yang benar dan lurus terhadap seluruh kitab Allah, dan menjunjung tinggi Al-Qur'an sebagai pemutus hukum, kita berharap akan diakui sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bahagia dunia dan akhirat.


Referensi:

  • Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahnya.
  • Ibnu Katsir, Ismail bin Umar. Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim. Beirut: Dar al-Fikr.
  • As-Sa’diy, Abdurrahman bin Nashir. Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan. Riyadh: Dar Ibnu Jauzi.
  • Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad, dan Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi. Tafsir Al-Jalalain. Kairo: Dar al-Hadits.
  • Tim Penyusun. Tafsir Al-Mukhtashar. Saudi Arabia: Markaz Tafsir Li al-Dirasat al-Qur'aniyah.

Penulis:

Jundi Sukarna, M.Pd., M.M.
(Bidang Pendidikan Yayasan Al Madinah Surakarta)

 

Download PDF