Iman adalah
fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Iman bukanlah sekadar pengakuan
lisan, melainkan keyakinan yang tertanam kuat dalam hati dan dibuktikan melalui
perbuatan. Dalam enam pilar rukun iman, terdapat satu pilar fundamental yang
sering kali hanya dipahami secara umum, yaitu beriman kepada kitab-kitab Allah.
Keimanan ini menempati urutan ketiga setelah iman kepada Allah dan para
Malaikat-Nya, menunjukkan betapa sentralnya posisi wahyu ilahi dalam membentuk
akidah umat Islam.
Mengapa keimanan
ini begitu penting? Karena kitab-kitab Allah adalah sumber petunjuk (hidayah),
cahaya (nur), dan kebenaran (haq) yang mutlak, diturunkan langsung oleh Allah
Ta’ala untuk memperbaiki urusan agama dan dunia manusia.
Hakikat Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Secara definitif,
keimanan kepada kitab-kitab Allah dimaknai oleh para ulama sebagai:
التَّصْدِيْقُ بِالْكُتُبِ الَّتِيْ اَنْزَلَهَا اللهُ عَلَى رُسُلِهِ وَأَنَّهَا كَلَامُهُ وَأَنَّهَا حَقٌّ وَنُوْرٌ وَهُدَى فَيَجِبُ الْاِيْمَانُ بِمَا سَمَّى اللهُ مِنْهَا كَالتَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيْلِ وَالزَّبُوْرِ وَالْقُرْآنِ وَالْاِيْمَانُ بِمَا لَمْ يُسَمَّ اللهُ مِنْهَا.
“Membenarkan
kitab suci-kitab suci yang diwahyukan Allah kepada para rasul-Nya, dan
bahwasanya kitab -kitab itu merupakan firman-Nya, kebenaran, cahaya, dan
petunjuk. Maka wajib untuk mengimani kitab-kitab yang telah Allah sebutkan
namanya, seperti Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an, dan juga wajib untuk
mengimani yang tidak Allah sebutkan namanya.”
Keimanan yang
dimaksud di sini adalah pembenaran yang disertai keyakinan teguh bahwa seluruh
kitab tersebut adalah kalam Allah yang di dalamnya terdapat bimbingan sempurna
bagi umat manusia.
Ini adalah
perintah langsung dari Allah Ta'ala kepada orang-orang yang beriman,
sebagaimana dalam firman-Nya:
یَـا أَیُّهَا الَّذِینَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ والكِتَـٰبِ الَّذِی نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالكِتَـٰبِ الَّذِی أَنزَلَ مِن قَبْلُ (136)
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur`ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya” (QS. An-Nisa: 136)
Ayat ini
menegaskan kewajiban untuk tidak hanya mengimani Al-Qur'an yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, tetapi juga seluruh
kitab yang diturunkan Allah sebelumnya.
Perincian Kitab-Kitab Allah yang Wajib Diimani
Allah Jalla wa
‘Ala telah mengutus para rasul dengan membawa bukti-bukti nyata (mukjizat) dan
disertai dengan kitab sebagai pedoman. Firman Allah:
لَقَد أَرسَلنَا رُسُلَنَا بِالبَیِّنَـٰتِ وَأَنزَلنَا مَعَهُمُ الكِتَـٰبَ وَالمِیزَانَ لِیَقُومَ النَّاسُ بِالقِسطِ (25)
“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.” (QS. Al-Hadid: 25)
Meskipun setiap
rasul memiliki kitab atau suhuf, kita hanya wajib mengimani secara terperinci
nama-nama kitab yang telah Allah kabarkan, antara lain:
-
Taurat: Kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam. Allah menurunkan
Taurat setelah membinasakan generasi-generasi terdahulu, untuk menjadi pelita,
petunjuk, dan rahmat bagi Bani Israil, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam
surat Al-Qashash: 43. Taurat berisi hikmah dan hukum yang membimbing mereka
menuju kebahagiaan.
-
Injil: Kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘Alaihis Salam. Injil diturunkan
sebagai pembenar terhadap Taurat yang telah ada sebelumnya, dan di dalamnya
terdapat petunjuk dan cahaya, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat
Al-Maidah: 46.
-
Zabur: Kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘Alaihis Salam. Kitab ini
dikabarkan Allah dalam firman-Nya surat An-Nisa: 163, yang menurut sebagian
ulama tafsir isinya didominasi oleh nasihat, hikmah, doa, serta pujaan dan
sanjungan kepada Allah.
-
Suhuf (Lembaran-lembaran): Diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa
‘Alaihimas Salam, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat An-Najm: 36 dan
Al-A’la: 18-19.
-
Al-Qur’an:
Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Al-Qur'an membenarkan kitab-kitab sebelumnya,
sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat Ali Imran: 3.
Adapun
kitab-kitab lain yang tidak disebutkan namanya, kita wajib mengimaninya secara
global (ijmali), yakni meyakini bahwa Allah telah menurunkan wahyu dan
petunjuk kepada para rasul-Nya.
Integritas dan Keunggulan Al-Qur'an
Semua kitab suci
yang Allah turunkan pada hakikatnya saling membenarkan satu sama lain, karena
semua berasal dari sumber yang Mahabenar. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
وَلَو كَانَ مِن عِندِ غَیرِ للَّهِ لَوَجَدُوا فِیهِ اختِلَـٰفا كَثِیرا (82)
“Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa: 82).
Imam As-Sa’diy
rahimahullah menjelaskan bahwa:
فَلَمَّا كَانَ مِنْ عِنْدِ اللهِ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ اخْتِلَافٌ أَصْلًا.
Ketika Al-Qur’an
datang dari sisi Allah, maka tidak akan pernah didapati di dalamnya
pertentangan sama sekali. (Tafsir As-Sa’dy: 154).
Ahli Kitab
Mengubah Kitab Suci Mereka
Allah Ta'ala
telah mengabarkan bahwa ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) telah melakukan
pengubahan (tahrif) terhadap kitab suci mereka, baik pengubahan secara lafaz
(teks) maupun secara makna (interpretasi).
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ (46)
“Di antara orang-orang Yahudi, ada yang mengubah-ubah kalimat-kalimat (Allah) dari tempat-tempatnya.” (QS. An-Nisa: 46)
Selain mengubah
lafaz, mereka juga memutarbalikkan lidah saat membaca kitab dan berdusta atas
nama Allah, padahal mereka mengetahui kebohongan tersebut, sebagaimana yang
tertera dalam firman-Nya:
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُوْنَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتٰبِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ للَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ للَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى للَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (78)
“Sesungguhnya di antara mereka, ada segolongan orang yang memutar-mutar lidahnya (dalam membaca) Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.” (QS. Al Imran: 78)
Syaikh
Abdurrahman As-Sa’diy rahimahullah menjelaskan,
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَرِيْقًا، هُمْ مُحَرِّفُوْنَ لِكِتَابِ اللهِ. وَهَذَا يَشْمُلُ التَّحْرِيْفَ اللَّفْظِيْ، وَالتَّحْرِيْفَ الْمَعْنَوِيْ.
“Sesungguhnya di
antara ahli kitab (yahudi dan Nasrani) ada segolongan orang yang mereka itu mengubah-ubah kitab Allah.
Pengubahan ini mencakup pengubahan secara lafadz maupun pengubahan secara
makna.” (Tafsir As-Sa,diy: 110)
Al-Qur'an sebagai Penjaga Kebenaran (Muhaimin)
Dalam konteks
ini, Al-Qur'an datang sebagai Kitab Penutup dengan fungsi agung:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu kitab suci (Al Qur’an) dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab suci yang sebelumnya dan menjaganya.” (QS. Al-Maidah: 48)
Dalam Tafsir Al
Mukhtashar dijelaskan bahwa وَمُهَيْمِنًا
عَلَيْهِ “dan sebagai penguji” maksudnya adalah sebagai penguji
terhadap kitab sebelumnya, apa yang mencocoki Al Qur'an maka itu adalah
haq dan yang menyelisihinya adalah batil. (Al-Mukhtashar fi Tafsir Al-Qur’an :
116).
Tiga Sikap Manusia Terhadap Wahyu Allah
Berkaitan dengan
keimanan ini, sikap manusia terhadap wahyu Allah terbagi menjadi tiga kelompok,
dan setiap kelompok menentukan nasibnya di akhirat:
1. Kelompok Pendusta Seluruhnya:
Mereka adalah orang-orang kafir,
musyrik, dan ahli filsafat yang menolak semua kitab dan Rasul. Bagi
mereka, Allah menyiapkan siksaan yang berat dan menghinakan.
إِنَّ الَّذِینَ كَفَرُوا بِـاٰیـٰتِ اللَّهِ لَهُم عَذَاب شَدِیدٌۗ وَاللَّهُ عَزِیزٌ ذُو انتِقَامٍ (4)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 4)
2. Kelompok Mukmin Sejati:
Mereka adalah orang-orang yang
beriman terhadap seluruh rasul dan kitab yang diturunkan, tanpa
membeda-bedakan. Inilah sifat hakiki kaum Muslimin.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ (285)
“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepada-Nya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya…” (QS. Al-Baqarah: 285)
3. Kelompok Beriman pada Sebagian dan Kufur pada
Sebagian Lain:
Mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang mengimani kitab mereka namun menolak
Al-Qur'an. Kelompok ini dikecam keras oleh Allah karena keimanan sejati
harus mencakup seluruh wahyu. Allah menyebut mereka sebagai orang-orang
kafir yang sebenar-benarnya (Al-Kafirun Haqqan).
أُولٰـئِكَ هُمُ الكٰـفِرُونَ حَقّاۚ وَأَعتَدنَا لِلكٰـفِرِینَ عَذَابا مُّهِینا (151)
“Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 151)
Refleksi
Akidah dan Implementasi
Keimanan kepada kitab-kitab Allah, khususnya Al-Qur'an, tidak hanya berhenti pada pengakuan lisan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti:
Mengkaji dan Mengamalkan Al-Qur'an: Keimanan ini memotivasi kita untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an secara konsisten. Inilah satu-satunya jalan untuk mendapatkan petunjuk yang lurus.
Mendakwahkan Kebenaran dan Mengajarkannya: Umat Islam memiliki tanggung jawab untuk
mendakwahkan Al-Qur'an, yang merupakan sumber kebenaran terakhir dan teruji,
kepada seluruh umat manusia.
Keimanan kepada
Kitab-kitab Allah Ta’ala harus menjadi akidah yang kokoh dalam sanubari. Hanya
dengan keyakinan yang benar dan lurus terhadap seluruh kitab Allah, dan
menjunjung tinggi Al-Qur'an sebagai pemutus hukum, kita berharap akan diakui
sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bahagia
dunia dan akhirat.
Referensi:
- Al-Qur'an
al-Karim dan Terjemahnya.
- Ibnu Katsir,
Ismail bin Umar. Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim. Beirut: Dar al-Fikr.
- As-Sa’diy,
Abdurrahman bin Nashir. Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan.
Riyadh: Dar Ibnu Jauzi.
- Al-Mahalli,
Jalaluddin Muhammad, dan Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi. Tafsir Al-Jalalain.
Kairo: Dar al-Hadits.
- Tim Penyusun.
Tafsir Al-Mukhtashar. Saudi Arabia: Markaz Tafsir Li al-Dirasat al-Qur'aniyah.
Penulis:
Jundi
Sukarna, M.Pd., M.M.
(Bidang
Pendidikan Yayasan Al Madinah Surakarta)