Transformasi Kepemimpinan: Membangun Tim Bermental Surga

5 hari yang lalu
99
6 menit baca
Transformasi Kepemimpinan: Membangun Tim Bermental Surga

Di tengah derasnya arus profesionalisme duniawi, lembaga pendidikan dan dakwah Islam sering menghadapi tantangan serius: erosi motivasi intrinsik. Ketika dedikasi tim (guru dan da'i) hanya didasarkan pada imbalan material seperti gaji, bonus, atau jabatan, semangat pengabdian mereka lambat laun akan memudar.

Kita sering mendapati guru yang hanya menjalankan tugas sesuai deskripsi pekerjaan (tupoksi), sekadar menggugurkan kewajiban. Padahal, sekolah sangat membutuhkan guru yang memiliki rasa "memiliki" (handarbeni)—yang dengan sukarela dan antusias terlibat di luar batasan formal demi pertumbuhan eksponensial lembaga.

Dalam dunia nirlaba, khususnya di bidang pendidikan dan dakwah, tantangan terbesarnya bukanlah keterbatasan sumber daya, melainkan kekurangan energi motivasi yang berkelanjutan. Jika organisasi bisnis termotivasi oleh gaji dan karier yang besar, lalu apa yang menggerakkan seorang guru untuk mengajar dengan ihsan (kesempurnaan) meski gajinya terbatas? Atau seorang da'i untuk berdakwah tanpa kenal lelah?

Jawabannya terletak pada Kepemimpinan Transformatif yang mengedepankan Visi Akhirat. Visi ini melampaui capaian duniawi, menjadikan setiap aktivitas sebagai investasi abadi.


Visi Transformatif: Mengubah Pekerjaan Menjadi Ibadah

Visi umum organisasi nirlaba biasanya berfokus pada hasil sosial (seperti angka kelulusan atau kualitas masyarakat dakwah). Visi transformatif dalam yayasan Islam harus menaikkan standar ini menjadi Tujuan Akhirat (Al-Ghāyah al-Ukhrawiyyah). Seorang pemimpin sejati harus mampu mengubah pekerjaan rutin tim dari sekadar job menjadi ibadah dan amal jariyah.

  • Bagi Guru: Tugasnya bukan sekadar menyampaikan kurikulum, melainkan menjadi "pendidik" sejati yang menanam benih amal saleh dan "transformer" yang membentuk peserta didik menjadi manusia berkarakter unggul.
  • Bagi Da'i: Tugasnya bukan sekadar mengisi majelis, melainkan menjadi perantara (wasilah) hidayah bagi umat, mengubah ceramah menjadi "cahaya hidayah yang tak pernah padam."

Ketika visi organisasi diyakini sebagai jalan menuju Surga, motivasi tim akan menjadi intrinsik dan mandiri (self-sustaining). Ini sejalan dengan prinsip tauhid, yaitu mengembalikan seluruh tujuan hanya kepada Ridha dan cinta Allah Subhanahu wa Ta'ala. Inilah fondasi filosofis dari kepemimpinan transformasional yang berakar pada keteladanan (uswah hasanah) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.


Konsep Al-Ihtisāb: Sumber Energi Spiritual

Landasan utama dari visi transformatif ini adalah konsep Al-Ihtisāb, yaitu mengharap pahala dari Allah atas setiap usaha yang dilakukan. Kepemimpinan harus mampu menanamkan mentalitas Ihtisāb ini kepada setiap guru, da'i, dan relawan yang dipimpinnya.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan Ihtisāb dalam berbagai konteks amal, misalnya:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang berdiri (salat malam) pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan ihtisāb (mengharap pahala), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. al-Bukhari no. 2009 dan Muslim no. 759)

Meskipun hadis ini konteksnya adalah ibadah, prinsip ihtisāb dapat diadopsi dalam manajemen nirlaba. Berharap pahala adalah pembeda mendasar yang memberikan energi spiritual tak terbatas.

Pemimpin harus menyadarkan tim bahwa balasan terbesar yang akan mereka terima adalah kepastian balasan dari Allah, yang jauh lebih mulia, lebih agung, dan lebih kekal daripada sekadar gaji atau feedback (umpan balik) dari kegiatan duniawi. Inilah kekuatan spiritual yang tak terkalahkan.


Strategi Menginspirasi Melalui Legacy Akhirat

Untuk menginspirasi tim dengan visi akhirat, seorang pemimpin harus menerapkan strategi komunikasi dan apresiasi yang berbeda dari korporasi konvensional.

1. Narasi Legacy dan Amal Jariyah

  • Pewaris Kenabian: Gunakan kisah-kisah ulama salaf (seperti Imam Ahmad, Imam Syafi'i) yang berjuang mendidik ilmu tanpa mengharapkan upah dunia. Hal ini menginspirasi guru dan da'i untuk melihat diri mereka sebagai pewaris tradisi kenabian (Ulama Waratsatul Anbiya'), sebuah kehormatan yang melampaui hitungan gaji.
  • Kisah Sukses Internal: Soroti "kisah sukses spiritual internal," misalnya, kisah guru senior yang anak didiknya kini menjadi pemimpin umat atau da'i terkemuka. Ini adalah bukti nyata (tangible) investasi akhirat yang telah mereka lakukan, dan merupakan bentuk apresiasi non-finansial yang kuat.
  • Mengingatkan Amal Jariyah: Terus-menerus ingatkan tim bahwa pekerjaan mereka adalah investasi yang pahalanya terus mengalir bahkan setelah meninggal dunia.
    • Bagi Guru: Mengubah kurikulum menjadi "warisan ilmu yang bermanfaat."
    • Bagi Da'i: Mengubah ceramah menjadi "cahaya hidayah yang selalu menginspirasi."

2. Mengubah Performance Review Menjadi Muhasabah

Alih-alih hanya berfokus pada Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator/KPI) duniawi, pemimpin harus mengintegrasikan muhasabah spiritual ke dalam proses evaluasi kinerja.

  • Pertanyaan Muhasabah: Dalam evaluasi, pertanyaannya bukan hanya "Apakah target tercapai?", melainkan "Sejauh mana kesungguhan dedikasi Anda dalam mencapai target ini?" atau "Perbaikan spiritual apa yang Anda lakukan minggu ini?"
  • Apresiasi Spiritual: Apresiasi harus menyentuh ranah spiritual, misalnya dengan menyediakan program umrah/haji khusus bagi guru berprestasi, memberikan beasiswa studi keilmuan Islam, atau menghadiahkan kitab-kitab berharga. Tindakan ini memberikan sinyal kuat bahwa organisasi menghargai ketakwaan sama besarnya dengan produktivitas.

3. Memimpin dengan Harapan (Rajā') dan Kekhawatiran (Khauf)

Seorang pemimpin transformatif menggunakan dua kutub emosional:

  • Harapan (Rajā'): Kuatkan tim dengan janji pahala besar bagi para murabbi (pendidik) dan du'at (juru dakwah). Ingatkan bahwa anak-anak saleh yang dididik akan terus "menyetorkan" pahala kepadanya, menaikkan derajat di Surga.
  • Kekhawatiran (Khauf): Tegakkan pengingat akan beratnya Akuntabilitas Spiritual di hari kiamat dan bahaya mengkhianati amanah. Pemimpin harus memastikan tim selalu menjaga kesempurnaan tanggung jawab, karena setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Kekuatan tertinggi kepemimpinan di yayasan atau sekolah Islam bukanlah pada karisma personal atau besarnya dana, melainkan pada kemampuannya untuk "membumikan" visi akhirat. Ia harus mampu mengubah pandangan tim: dari sekadar pekerjaan menjadi "perniagaan yang tidak akan merugi."

Ketika setiap guru, da'i, dan staf meyakini bahwa meja kerjanya adalah sajadah ibadah, dan hasil pekerjaannya adalah bekal yang kekal (legacy), maka terciptalah tim dengan ketahanan emosional dan dedikasi tanpa batas. Inilah kepemimpinan transformatif yang sesungguhnya.


Strategi Praktis Memperkuat Rasa Memiliki (Handarbeni)

Di luar motivasi transenden (Visi Akhirat dan Al-Ihtisāb), lembaga juga perlu membangun infrastruktur manajerial dan kultural untuk memperkuat rasa memiliki (handarbeni) secara horizontal:

  1. Partisipasi Aktif: Libatkan guru dan da'i dalam musyawarah untuk menentukan arah strategis organisasi. Ini membuat mereka merasa memiliki andil yang nyata.
  2. Kesejahteraan: Berikan kompensasi yang layak dan transparan agar guru/da'i tidak perlu khawatir soal ekonomi dasar.
  3. Status Profesional: Berikan penghargaan yang meningkatkan status, seperti jalur karier Guru Utama/Da'i Senior, bukan hanya sekadar jabatan manajerial.
  4. Ukhuwah Islami: Jadikan lingkungan kerja sebagai komunitas spiritual yang kuat ikatan persaudaraannya, saling mendukung dalam kebaikan.

Referensi:

  • Al-Qur’an Al-Karim.
  • Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail. (1987). Shahih Al-Bukhari. Riyadh: Darussalam.
  • Muslim, Abu al-Husain. (1984). Shahih Muslim. Beirut, Lebanon: Dar aṭ-Ṭawq an-Najah.
  • Mustafa, Syafi'i. (2023). "Spiritualitas Kepemimpinan Nirlaba: Studi Kasus Lembaga Pendidikan Berbasis Pesantren". Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol 10. No. 2.

Penulis:

Jundi Sukarna, M.Pd., M.M.
(Bidang Pendidikan Yayasan Al Madinah Surakarta)

Download PDF