Rukun Iman Dalam Hadits Jibril: Cahaya Yang Menghidupkan Hati Dan Menuntun Amal

3 hari yang lalu
105
6 menit baca
Rukun Iman Dalam Hadits Jibril: Cahaya Yang Menghidupkan Hati Dan Menuntun Amal

🏳️ Pendahuluan

Setelah menjelaskan tentang Islam sebagai pondasi amal lahiriah, Hadits Jibril membawa kita kepada tingkatan kedua agama: iman. Jika Islam menata gerak tubuh, maka iman menata gerak hati. Melalui pembahasan ini, kita akan melihat bagaimana iman menjadi cahaya yang menghidupkan batin seorang hamba dan menjadi pondasi segala amal.


📜 Teks dan Terjemahan Hadits

Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab pertanyaan tentang Islam, Malaikat Jibril ‘alaihis salam kembali bertanya:

فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِالله، وَمَلائِكَتِه، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآخِر، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ ...

“Beritahukan kepadaku tentang iman.”
Nabi menjawab, “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.”
Ia berkata, “Engkau benar.” … (HR. Muslim, no. 8).


💎 Penjelasan Rukun Iman

Para ulama mengatakan: Iman adalah keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amal dengan anggota tubuh—meningkat dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.

1. Iman kepada Allah: Pondasi Segala Keyakinan ☝️

Ini merupakan rukun iman yang paling penting, yaitu meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan Rabb alam semesta, Dia yang memiliki, menciptakan, dan mengatur segalanya. Dialah satu-satunya yang berhak untuk disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Iman kepada Allah mencakup empat hal besar:

  1. Meyakini keberadaan Allah tanpa keraguan. Maka, siapa saja yang tidak percaya dengan keberadaan Allah maka dia bukanlah seorang mukmin. Meskipun pada dasarnya tidak ada yang mengingkari keberadaan Allah.
  2. Meyakini Rububiyah-Nya. Bahwa hanya Allah yang mencipta, mengatur, dan menguasai alam.
  3. Meyakini Uluhiyah-Nya. Bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah.
  4. Meyakini Nama dan Sifat-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Sunah, tanpa menyelewengkan maknanya, menyerupakan dengan makhluk, atau menolak.

2. Iman kepada Malaikat: Keyakinan terhadap Makhluk Mulia 

Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari cahaya. Mereka selalu taat, tidak pernah bermaksiat, dan selalu menjalankan perintah Allah. Mereka diberi kemampuan bisa berubah bentuk, sebagaimana mereka pernah menemui Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dalam bentuk manusia yang sedang bertamu. Malaikat Jibril juga pernah menemui Nabi Muhammad dalam bentuk manusia seperti dalam hadits ini.

Iman kepada malaikat meliputi:

  1. Meyakini keberadaan mereka.
  2. Meyakini nama-nama yang disebutkan, seperti Jibril, Mikail, Israfil.
  3. Meyakini sifat-sifat mereka, seperti Malaikat Jibril memiliki 600 sayap.
  4. Meyakini tugas-tugas mereka, seperti malaikat pencatat amalan, malaikat maut, dan penjaga surga serta neraka.

Keyakinan ini menumbuhkan kesadaran bahwa kehidupan manusia selalu diawasi dan dicatat.

3. Iman kepada Kitab-kitab: Hidayah Allah kepada Manusia 📖

Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab kepada para rasul-Nya untuk membimbing manusia. Ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, karena kemampuan akal manusia sangatlah terbatas untuk menimbang antara kebaikan dan keburukan, apalagi akal tersebut seringkali terkalahkan oleh hawa nafsunya.

Iman kepada Kitab meliputi:

  1. Meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para rasul.
  2. Meyakini kebenaran kabar yang ada dalam Al-Qur'an dan kabar yang tidak ada penyimpangan pada kitab sebelumnya.
  3. Meyakini hukum-hukum yang terdapat pada kitab sebelumnya selama tidak menyelisihi syariat Islam.
  4. Meyakini nama-nama kitab yang sudah ada penjelasannya. Seperti Al-Qur'an, Taurat, Injil, Zabur, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Musa.

Iman kepada kitab menjadikan seorang muslim selalu kembali pada wahyu sebagai sumber hidupnya.

4. Iman kepada Para Rasul: Teladan Manusia Terbaik

Di antara nikmat terbesar yang Allah berikan kepada makhluk adalah diutusnya para rasul. Karena dengan adanya mereka kita bisa mengenal Allah, mengetahui hal yang disukai atau dibenci Allah, memahami syariat yang diinginkan Allah.

Beriman kepada rasul berarti:

  1. Meyakini bahwa Allah telah mengutus seorang rasul pada setiap umat.
  2. Meyakini nama-nama rasul yang telah dijelaskan kepada kita, seperti: Nabi Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh ‘alaihimus shalatu wassalam.
  3. Membenarkan kabar yang shahih dari mereka.
  4. Mengamalkan syariat rasul yang diturunkan kepada kita, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

5. Iman kepada Hari Akhir: Kesadaran Akan Kehidupan Sejati ⚖️

Hari akhir adalah hari kiamat, hari di mana manusia dibangkitkan untuk diperhitungkan amalan mereka, kemudian diberi balasan sesuai dengan amalan mereka. Beriman dengan hari akhir akan menjadikan manusia semangat dalam melakukan perbuatan baik dan menghalanginya dari perbuatan maksiat.

Beriman dengan hari akhir meliputi:

  1. Mengimani hari kebangkitan. Hari di mana Allah akan membangkitkan orang-orang dari kubur setelah tiupan kedua sangkakala. Mereka berdiri di hadapan Allah dalam keadaan telanjang, tanpa alas kaki, dan belum dikhitan.
  2. Mengimani hari perhitungan dan balasan. Seluruh kaum muslimin sepakat bahwa adanya hari perhitungan dan pembalasan. Karena Allah telah menurunkan kitab, mengutus para rasul, mewajibkan hamba-Nya untuk menerima apa yang dibawa oleh rasul tersebut dan mengamalkannya. Seandainya tidak ada perhitungan dan balasan tentu itu semua adalah perkara sia-sia yang tidak mungkin dilakukan oleh Allah.
  3. Mengimani surga dan neraka. Surga adalah tempat kenikmatan yang disediakan untuk orang-orang beriman yang melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya dengan ikhlas. Adapun neraka merupakan tempat azab yang Allah sediakan bagi orang-orang kafir, zalim, dan bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya.

6. Iman kepada Takdir: Keimanan yang Menguatkan Jiwa 📜

Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa semua takdir yang baik maupun buruk adalah ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan semua yang terjadi di alam semesta ini telah diketahui, ditakdirkan, dan diinginkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Takdir memiliki empat tingkatan, dan tidak sah keimanan seseorang kecuali dengan mengimani seluruh tingkatan ini. Keempat tingkatan ini adalah:

  1. Ilmu: Allah mengetahui segala sesuatu, baik sebelum maupun sesudah terjadi.
  2. Penulisan: Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk dalam Lauhulmahfuz.
  3. Kehendak: Semua yang terjadi di alam semesta berada dalam kehendak Allah.
  4. Penciptaan: Allah menciptakan seluruh makhluk beserta peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Empat tingkatan tersebut terkumpul dalam sebuah bait syair:

عِلْمٌ كِتَابَةُ مَوْلَانَا مَشِيْئَتُهُ *** وَخَلْقُهُ وَهُوَ إِيْجَادٌ وَتَكْوِيْنُ

“(Takdir itu mencakup) ilmu Allah, pencatatan oleh Tuhan kita, kehendak-Nya, dan penciptaan-Nya—yang semuanya merupakan perwujudan dan pembentukan (segala sesuatu).”

Iman kepada takdir menjadikan hati tenang menghadapi ujian dan tidak sombong saat mendapat nikmat.


🏁 Penutup

Pembahasan tentang iman dalam Hadits Jibril menunjukkan bahwa agama tidak hanya dibangun dengan ibadah lahiriah, tetapi juga dengan keyakinan yang kuat dan benar. Islam mengatur perbuatan, iman menghidupkan hati. Keduanya saling melengkapi agar seorang mukmin berjalan di atas petunjuk yang terang. Semoga Allah mengokohkan iman kita hingga akhir hayat.


📚 Referensi

  • An-Nawawi, Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. (2009). Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Beirut: Dar Al-Minhaj.
  • Al-Qusyairi, Muslim ibn al-Hajjaj. (1955). Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabiy.
  • Al-Utsaimin, Muhammad ibn Shalih. (2004). Syarah al-Arba’in an-Nawawiyyah. Riyadh: Dar ats-Tsurayya.
  • Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. (1992). Nubdzah Fil Aqidatil Islamiyyah. Mekah: Dar ats-Tsiqah.

✍️ Penulis:

Agus Purwanto, B.A.
(Alumni LIPIA Jakarta. Pengajar Pondok Pesantren Al Madinah Boyolali)

Download PDF