🕌 Khotbah Pertama
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا... الَّذِيْ لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا... وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
Ayyuhal muslimun… rahimakumullah…
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam, yang terus melimpahkan kepada kita berbagai nikmat tanpa batas. Dari mimbar ini, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada seluruh jemaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah kapan pun dan di mana pun berada. Karena dengan ketakwaan, Allah menjanjikan keluasan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Sebagaimana firman Allah:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ
“Dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaq: 3).
Semoga selawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, keluarga beliau, para sahabat beliau, serta seluruh umat yang mengikuti sunah beliau hingga Hari Kiamat.
⚖️ Hakikat Musibah dalam Pandangan Islam
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Dunia ini adalah negeri ujian. Allah menguji hamba-Nya dengan kebaikan maupun keburukan, dengan kelapangan maupun kesempitan, dengan kesehatan maupun sakit, dengan kaya maupun miskin.
Sebagaimana firman Allah:
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةًۗ
“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.” (QS. Al-Anbiya: 35).
Namun, sebagian manusia menyangka bahwa musibah adalah tanda kehinaan dari Allah. Ia merasa bahwa rezekinya dibatasi karena ia direndahkan oleh Rabb-nya. Allah abadikan prasangka salah ini dalam firman-Nya:
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Apabila Tuhannya mengujinya dan membatasi rezekinya, ia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku’.” (QS. Al-Fajr: 16).
Tafsir Ath-Thabari menjelaskan makna ayat tersebut:
فَيَقُوْلُ ذَلِكَ الْإِنْسَانُ: رَبِّيْ أَهَانَنِيْ، يَقُوْلُ: أَذَلَّنِيْ بِالْفَقْرِ
“Manusia itu berkata: ‘Rabb-ku menghinakanku, yakni Dia merendahkanku dengan kefakiran.” (Tafsir Ath-Thabari: 24/376).
Namun Allah membantah sangkaan tersebut:
كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
“Sekali-kali tidak! Bahkan kalian tidak memuliakan anak yatim.” (QS. Al-Fajr: 17).
Imam Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan:
فَرَدَّ اللهُ عَلَى مَنْ ظَنَّ أَنَّ سَعَةَ الرِّزْقِ إِكْرَامٌ وَأَنَّ الْفَقْرَ إِهَانَةٌ
“Allah membantah orang yang menyangka bahwa kelapangan rezeki adalah kemuliaan dan kefakiran adalah penghinaan.” (Tafsir Al-Baghawi: 8/421).
Musibah bukanlah tanda kehinaan. Allah adalah Al-Hakim, Maha Bijaksana. Setiap keputusan-Nya penuh hikmah, meski terkadang tidak kita pahami.
🛡️ Tiga Sikap yang Harus Dilakukan Saat Tertimpa Musibah
1. Mengimani Takdir Allah Secara Sempurna
Ayyuhal muslimun barakallahu fikum…
Seorang mukmin harus yakin bahwa segala musibah telah ditetapkan Allah, bahkan sebelum penciptaan langit dan bumi.
Rasulullah bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim, no. 2653).
Dan sabda beliau:
وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ
“Ketahuilah, apa yang menimpamu tidak mungkin meleset darimu, dan apa yang tidak ditakdirkan menimpamu tidak akan pernah mengenai dirimu.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2516).
2. Meyakini Bahwa Musibah yang Kita Alami Belum Seberapa
Saudaraku… hafizhakumullah…
Ujian para nabi jauh lebih berat dibandingkan apa pun yang kita rasakan. Kita lihat bagaimana Nabi Ayyub ditimpa musibah dengan penyakit lepra yang menyerang seluruh tubuh beliau kecuali hati dan lisan yang beliau gunakan untuk banyak berzikir pada Allah, hingga semua menjauh kecuali istri beliau ‘alaihis salam. Beliau ‘alaihis salam sakit sampai kurus tanpa daging, hingga urat saraf dan tulangnya terlihat (Tafsir Ibnu Katsir: 5/349).
Nabi Yunus diuji dengan ditelan ikan paus, Nabi Ibrahim dengan berbagai ujian hingga dibakar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat berat yang tiada bandingannya dengan musibah yang menimpa diri kita sebagaimana sabda beliau:
فَإِنَّ أَحَداً مِنْ أُمَّتِيْ لَنْ يُصَابَ بِمُصِيْبَةٍ بَعْدِيْ أَشَدَّ عَلَيْهِ مِنْ مُصِيْبَتِيْ
“Tidak ada seorang pun dari umatku yang akan tertimpa musibah yang lebih berat daripada musibahku.” (HR. Ibnu Majah, no. 1599).
3. Meyakini Bahwa Musibah Menghapus Dosa
Ikhwatal kiram…
Musibah adalah pintu kebaikan dan sarana penghapus dosa bagi orang beriman. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيبُهُ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَة
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang mukmin, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah menulis baginya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahan.” (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2572).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ ...
🕌 Khotbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِّي عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ
🚫 Muslim Tidak Layak Meratap
‘Ibadallah…
Tanda iman yang benar adalah menerima ketentuan Allah, bukan meratapi musibah dengan perilaku jahiliah seperti menampar pipi, merobek baju, atau merusak barang.
Rasulullah bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّة
“Tidak termasuk golongan kami, orang yang menampar pipi, merobek baju, dan menyeru dengan seruan jahiliah.” (HR. Al-Bukhari, no. 1294).
Akhir dari khotbah ini saya mengajak kepada segenap jemaah, marilah kita senantiasa mawas diri, banyak istigfar dan tidak meratap, selalu optimis namun tidak sombong dan banyak berharap akan imbalan pahala di akhirat dari setiap apa saja yang menimpa diri kita.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang sabar, rida, dan lapang dada terhadap takdir-Nya. Semoga Allah mendatangkan ketenangan, membuka pintu pahala, serta menutup hidup kita dengan husnul khatimah. Aamiin.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ….
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
📚 Referensi
- Kementerian Agama RI. (2019). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
- Ath-Thabari, Abu Ja’far. (2001). Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ay al-Qur’an. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Al-Baghawi, Al-Husain bin Mas’ud. (1997). Ma’alim at-Tanzil. Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi.
- Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. (2002). Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir.
- Muslim, Imam. (2006). Shahih Muslim. Riyadh: Darus Salam.
- At-Tirmidzi, Abu Isa. (1998). Sunan At-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Gharb al-Islami.
- Ibnu Majah, Muhammad bin Yazid. (2004). Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-Fikr.
✍️ Penulis:
Jundi Sukarna, M.Pd., M.M.
(Bidang Pendidikan Yayasan Al Madinah Surakarta)